Saturday, July 4, 2009

Ngentot Adik Istri

Saya, Andry (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pria berumur 35 tahun dan telah berkeluarga , istri saya seumur dengan saya dan kami telah dikarunia 2 putra.
Istri saya adalah anak ke 2 dari empat saudara yang kebetulan semuanya wanita dan semuanya telah menikah serta dikarunia putra-putri yang relatif masih kecil, diantara saudara-saudara istri , saya cukupdekat dengan adik istri saya yang kurang lebih berumur 34 tahun namanya Siska (bukan nama sebenarnya).
Keakraban ini bermula dengan seringnya kami saling bertelepon dan makan siang bersama pada saat jam kantor (tentunya kami saling menjaga rahasia ini), dimana topik pembicaraan berkisar mengenai soal pekerjaan, rumah tangga dan juga kadangkala masalah seks masing-masing.
Perlu diketahui istri saya sangat kuno mengenai masalah seks, sedangkan Siska sangat menyukai variasi dalam hal berhubungan seks dan juga open minded kalau berbicara mengenai seks, juga kebetulan dikeluarga istri saya dia paling cantik dan sensual, sebagai ilustrasi tingginya kurang lebih 165 cm, kulit putih mulus, hidung mancung, bibir agak sedikit kelihatan basah serta ukuran dada 34 a.
Keakraban ini dimulai sejak tahun 1996 dan berlangsung cukup lama dan pada tahun 1997 sekitar Juni, pembicaraan kami lebih banyak mengarah kepada masalah rumah tangga, dimana dia cerita tentang suaminya yang jarang sekali memperlihatkan perhatian, tanggung jawab kepada dia dan anak-anak, bahkan dalam soal mencari nafkahpun Siska lebih banyak menghasilkan daripada suaminya ditambah lagi sang suami terlalu banyak mulut alias cerewet dan bertingkah polah bak orang kaya saja.
Menurut saya kehidupan ekonomi keluarga Siska memang agak prihatin walaupun tidak dapat dikatakan kekurangan, tetapi boleh dikatakan Siskalah yang membanting tulang untuk menghidupi keluarganya.
Disamping itu sang suami dengan lenggang keluyuran dengan teman-temannya baik pada hari biasa maupun hari minggu dan Siska pernah mengatakan kepada saya bahwa lebih baik suaminya pergi keluar daripada di rumah, karena kalau dia dirumah pusing sekali mendengarkan kecerewetannya.
Saya menasihati dia agar sabar dan tabah menghadapi masalah ini, karena saya seringkali juga menghadapi masalah yang kurang lebih sama dengannya hanya saja penekanannnya berbeda dengan kakaknya.
Istri saya seringkali ngambek yang tidak jelas sebabnya dan bilamana itu terjadi seringkali saya tidak diajak berbicara lama sekali.
Akhirnya Siska juga menceritakan keluhannya tentang masalah seks dengan suaminya, dimana sang suami selalu minta jatah naik ranjang 2-3 kali dalam semingggu, tetapi Siska dapat dikatakan hampir tidak pernah merasakan apa yang namanya orgasme/climax sejak menikah sampai sekarang, karena sang suami lebih mementingkan kuantitas hubungan seks ketibang kualitas.
Siska juga menambahkan sang suami sangat kaku dan tidak pernah mau belajar mengenai apa yang namanya foreplay, walaupun sudah sering saya pinjami xxx film, jadi prinsip suaminya langsung colok dan selesai dan hal itupun berlangsung tidak sampai 10 menit.
Siska lalu bertanya kepada saya, bagaimana hubungan saya dengan kakaknya dalam hal hubungan seks, saya katakan kakak kamu kuno sekali dan selalu ingin hubungan seks itu diselesaikan secepat mungkin, terbalik ya kata Siska.
Suatu hari Siska telepon saya memberitahukan bahwa dia harus pergi ke Bali ada penugasan dari kantornya, dia menanyakan kepada saya apakah ada rencana ke Bali juga, karena dia tahu kantor tempat saya bekerja punya juga proyek industri di Bali, pada awalnya saya agak tidak berminat untuk pergi ke Bali, soalnya memang tidak ada jadwal saya pergi ke sana. Namun dengan pertimbangan kasihan juga kalau dia seorang wanita pergi sendirian ditambah lagi ‘ kan dia adik istri saya jadi tidak akan ada apa-apa, akhirnya saya mengiyakan untuk pergi dengan Siska.
Pada hari yang ditentukan kita pergi ke Bali berangkat dari Jakarta 09.50, pada saat tiba di Bali kami langsung menuju Hotel Four Season di kawasan Jimbaran, hotel ini sangat bernuansa alam dan sangat romantis sekali lingkungannya, pada saat menuju reception desk saya langsung menanyakan reservasi atas nama saya dan petugas langsung memberikan saya 2 kunci bungalow, pada saat itu Siska bertanya kepada saya, oh dua ya kuncinya, saya bilang iya, soalnya saya takut lupa kalau berdekatan dengan wanita apalagi ini di hotel, dia menambahkan ngapain bayar mahal-mahal satu bungalow saja ‘kan kita juga saudara pasti engga akan terjadi apa-apa kok , lalu akhirnya saya membatalkan kunci yang satu lagi, jadi kita berdua share 1 bungalow.
Saat menuju bungalow kami diantar dengan buggie car (kendaraan yang sering dipakai di lapangan golf) mengingat jarak antara reception dengan bungalow agak jauh, didalam kendaraan ini saya melihat wajah Siska , ya ampun cantik sekali dan hati saya mulai bergejolak , sesekali dia melemparkan senyumnya kepada saya, pikiran saya, dasar suaminya tidak tahu diuntung sudah dapat istri cantik dan penuh perhatian masih disia-siakan.
Di dalam bungalow kami merapikan barang dan pakaian kami saya menyiapkan bahan meeting untuk besok sementara dia juga mempersiapkan bahan presentasi , pada saat saya ingin menggantungkan jas saya tanpa sengaja tangan saya menyentuh buah dadanya karena sama-sama ingin menggantungkan baju masing-masing, saya langsung bilang sorry ya Sis betul saya tidak sengaja, dia bilang udah engga apa-apa anggap aja kamu dapat rejeki…. wow wajahnya memerah tambah cantik dia.
Lalu kita nonton tv bareng filmya up close and personal, pada saat ada adegan ranjang saya bilang sama Siska wah kalo begini terus saya bisa enggak tahan nih, lalu saya berniat beranjak dari ranjang mau keluar kamar (kita nonton sambil setengah tiduran di ranjang), dia langsung bilang mau kemana sini aja, engga usah takut deh sambil menarik tangan saya lembut sekali seakan memohon agar tetap disisinya… ..selanjutnya kita cerita dan berandai-andai kalau dulu kita sudah saling ketemu…dan kalau kita berdua menikah dan sebagainya.. …
Saya memberanikan diri bicara, Sis kamu koq cantik dan anggun sih, Siska menyahut nah kan mulai keluar rayuan gombalnya, sungguh koq sih saya engga bohong, saya pegang tangannya sambil mengelusnya, oww geli banget , Andry come on nanti saya bisa lupa nih kalo kamu adalah suami kakak saya….biarin aja kata saya.
Perlahan tapi pasti tangan saya mulai merayap ke pundaknya terus membelai rambutnya tanpa disangka dia juga mulai sedikit memeluk saya sambil membelai kepala dan rambut saya…..akhirnya saya kecup keningnya dia bilang Andry kamu sungguh gentle sekali…uh indahnya kalau dulu kita bisa menikah saya bilang abis kamunya sih udah punya pacar…..berlanjut saya kecup juga bibirnya yang sensual dia juga membalas kecupan saya dengan agresif sekali dan saya memakluminya karena saya yakin dia tidak pernah diperlakukan sehalus ini….kami berciuman cukup lama dan saya dengar nada nafasnya mulai tidak beraturan, tangan saya mulai merambat ke daerah sekitar buah dadanya…dia sedikit kaget dan menarik diri walaupun mulut kami masih terus saling bertempur… ..
Kali ini saya masukkan tangan saya langsung ke balik bhnya dia menggelinjang saya mainkan putingya yang sudah mulai mengeras dan perlahan saya buka kancing bajunya dengan tangan saya yang kanan, setelah terbuka saya lepas bhnya wow betapa indah buah dadanya ukurannya kurang lebih mirip dengan istri saya namun putingnya masih berwarna merah muda mungkin karena dia tidak pernah menyusui putranya, Siska terhenyak sesaat sambil ngomong, Andry koq jadi begini….Sis saya suka ama kamu, terus dia menarik diri…saya tidak mau berhenti dan melepaskan kesempatan ini langsung saya samber lagi buah dadanya kali ini dengan menggunakan lidah saya sapu bersih buah dada beserta putingnya… .Siska hanya mendesah-desah sambil tangannya mengusap-ngusap kepala saya dan saya rasakan tubuhnya semakin menggelinjang kegelian dan keringat mulai mengucur dari badannya yang harum dan putih halus….
Lidah saya masih bermain diputingnya sambil menyedot-nyedot halus dia semakin menggelinjang dan langsung membuka baju saya pada saat itu saya juga membuka kancing roknya dan terlihat paha yang putih mulus nan merangsang, kita sekarang masing-masing tinggal ber cd saja, tangan dia mulai membelai pundak dan badan saya, sementara itu lidah saya mulai turun ke arah pangkah paha dia semakin menggelinjang, ow andry enak dan geli sekali …..
perlahan saya turunkan cdnya, dia bilang andry jangan bilang sama siapa-siapa ya terutama kakak saya….saya bilang emang saya gila kali, pake bilang-bilang kalo kita ………. setelah cdnya saya turunkan saya berusaha untuk menjilat kelentitnya yang berwarna merah menantang pada awalnya dia tidak mau, katanya saya belum pernah ……, nah sekarang saatnya kamu mulai mencoba
lidah saya langsung menari-nari di kelentitnya dia meraung keras….oohhhhhhhh
andry ………enaaaaaaaa aaakkkkkkkkkkk sekali…..saya …saya enggak pernah merasakan ini sebelumnya kamu pintar sekali sih……… ..terus saya jilat kelentit dan lubang vaginanya… ..tidak berapa lama kemudian dia menjerit…. .auuuuuuuuwwww saya keluar andry oooooooooooohhhhhhh hhenak sekali…..dia bangkit lalu menarik dengan keras cd saya ….langsung dia samber kontol saya dan dilumatnya secara hot dan agresif sekali…..oh nikmatnya… .terus terang istri saya tidak perah mau melakukan oral sex dengan saya……dia terus memainkan lidahnya dengan lincah sementara tangan saya memainkan puting dan kelentitnya. …tiba-tiba dia mengisap kontol saya keras sekali ternyata dia orgasme lagi…….. …dia lepaskan kontol saya, andry ayo dong masukin ke sini sambil menunjuk lobangnya …..perlahan saya tuntun kontol saya masuk ke memeknya…. ..dia terpejam saat kontol saya masuk ke dalam memeknya sambil dia tiduran dan mendesah-desah. …….ohhhhhhhh andry biasanya suami saya sudah selesai dan saya belum merasakan apa-apa, tapi kini saya udah dua kali keluar, kamu baru saja mulai…..waktu itu kami bercinta udah kurang lebih 30 menit sejak dari awal kita bercumbu…. ……… ……… ..
Sekarang saya angkat ke dua kakinya ke atas lalu ditekuk, sehingga penetrasi dapat lebih dalam lagi sambil saya sodok keluar masuk memeknya…. dia terpejam dan terus menggelinjang dan bertambah liar dan saya tidak pernah menyangka orang seperti Siska yang lemah lembuh ternyata bisa liar di ranjang,
dia menggelinjang terus tak keruan…… .uhhhhhhh andry saya keluar lagi…..saya angkat perlahan kontol saya dan kita berganti posisi duduk , terus dia yang kini mengontrol jalannya permainan ,…dia mendesah sambil terus menyebut ohh andry….ohhh andry dia naik turun makin lama makin kencang sambil sekali-kali menggoyangkan pantatnya… ….tangannya memegang pundak saya keras sekali..iiiiiiiiiii hhhhhhhhhhhh uuuuuuuuuhhhhhhhhhh hhhh andry saya keluar lagi ……..kamu koq kuat sekali…… .come on andry keluarin dong saya udah engga tahan nih,,,,,,,, biar aja kata saya…..saya mau bikin kamu keluar terus , kan kamu bilang sama saya , kamu engga pernah orgasme sama suami kamu sekarang saya bikin kamu orgasme terus……. .iya sih tapi ini betul-betul luar biasa andry,…… ……..ohhhhhhh hhhh betapa bahagianya saya kalau bisa setiap hari begini sama kamu……ayo jangan ngaco ah mana mungkin lagi, kata saya…
Saya bilang sekarang saya mau cobain doggy style, apa tuh katanya, ya ampun kamu engga tau, engga tuh katanya, lalu saya pandu dia untuk menungging dan perlahan saya masukkan kontol saya ke memeknya yang sudah banjir karena keluar terus, pada saat kontol saya sudah masuk sempurna mulailah saya tusuk keluar masuk dan goyangin makin lama makin kencang….. dia berteriak dan menggelinjang dan mengguncangkan tubuhnya…. ….andry. …….aaaaaaaam mmmmmmmmmpuuuuuu uuuuuuunnnn dehhhhhhhhhhhhhhhhh hhhh saya keluar lagi nih dan waktu itu saya juga udah mau keluar…… saya bilang nanti kalau saya keluar maunya di mulut Siska, ah jangan Siska belum pernah dan kayaknya jijik deh……… cobain dulu ya…..akhirnya dia mengangguk.. ……… .
Tiba saatnya saya sudah mau orgasme saya cabut kontol saya dan sembari dia jongkok saya arahkan kepala kontol saya ke mulutnya sambil tangan dia mengocok-ngocok kontol saya dengan sangat bernafsu…. ..sis…. ……… …..udah mau keluar langsung kontol saya dimasukkan ke dalam mulutnya engga lama lagi…..creetttttt tt creeeeeeeettttttttt ttt crettttttttttttttt creeeeeeeeetttttttt ttttt, penuhlah mulut dia dengan sperma saya sampai berceceran ke luar mulut dan jatuh di pipi dan buah dadanya.. dia terus menjilati kontol saya sampai semua sperma saya kering saya tanya gimana sis enak enggak rasanya dia bilang not bad……… ……… ……… ……… kita berdua tertidur sampai akhirnya kita bangun jam 21.30……. ……… ……… ………
Siska mengecup halus bibir saya…….. ..Andry, thanks a lot ………..saya benar-benar puas sama apa yang kamu berikan kepada saya, walaupun ini hanya sekali saja pernah terjadi dalam hidup saya…


Selengkapnya...

Mess Nikmat

Cerita ini terjadi sekitar satu setengah tahun yang lalu. Nama saya Anton (bukan nama sebenarnya) dan bekerja di sebuah perusahaan nasional di Jakarta. Saya mengepalai bagian penjualan, dan otomatis saya sering pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan, apalagi bila ada peluncuran produk baru. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, saya ditugaskan ke Manado. Di sana kebetulan perusahaan kami mempunyai mess yang biasa digunakan oleh tamu-tamu yang datang dari kota lain. Mess-nya sendiri cukup besar, dan di halaman belakang ada kolam renangnya.

Selama di Manado saya ditemani oleh Lulu (nama samaran) yang juga mengepalai bagian penjualan di sana. Sebagai gambaran, Lulu tingginya sekitar 165 cm, berat sekitar 54-55 kg dan kulitnya putih mulus. Umurnya sekitar 28 tahun, dan menurut saya orangnya sangat menarik (baik dari segi fisik maupun personality). Beberapa hari di sana, kami pergi mengunjungi beberapa distributor di Manado, dan Lulu juga sempat mengajak saya jalan-jalan seperti ke danau Tondano ditemani beberapa rekan kantor lainnya.

Hubungan saya dengan Lulu menjadi cukup dekat, karena kami banyak menghabiskan waktu berdua walaupun sebagian besar adalah urusan kantor. Lulu sangat baik pada saya, dan dari tingkah lakunya saya dapat merasakan kalau Lulu suka pada saya. Pertama-tama saya pikir kalau mungkin itu hanya perasaan saya saja. Walaupun dalam hati saya juga suka dengan dia, saya tidak berani untuk mengatakan atau memberi tanda-tanda kepada dia. Toh, saya baru beberapa hari kenal dengan dia dan memang untuk urusan wanita saya tergolong pemalu. Bagaimana kalau dia ternyata tidak ada perasaan apa-apa ke saya? Wah, bisa hancur hubungan baik yang telah saya bina dengan dia beberapa hari itu.

Suatu sore setelah pulang kerja, Lulu seperti biasa mengantar saya pulang ke mess. Saya menanyakan apakah dia mau mampir dulu sebelum pulang. Lulu setuju dan masuk ke dalam mess bersama saya. Kami ngobrol-ngobrol sebentar, dan saya ajak Lulu ke halaman belakang untuk duduk di kursi panjang dekat kolam renang. Kolam renangnya sangat menggoda, dan saya tanya Lulu apakah dia mau menemani saya berenang. Dia bilang kalau sebenarnya dia mau, tapi tidak bawa baju renang dan baju ganti sama sekali. Saya menawarkan untuk memakai celana pendek dan kaos saya.

“Nanti sekalian mandi di sini saja sebelum kita pergi makan malam..” kata saya.
Lulu setuju dan saya ke kamar untuk mengambil kaos dan celana pendek untuk dipinjamkan ke Lulu. Saya sendiri juga berganti pakaian dan mengenakan celana pendek saya yang lain.

Setelah berganti pakaian, kami pun berenang bersama. Karena baju kaos yang saya pinjamkan berwarna putih dan bahannya cukup tipis, buah dada Lulu yang ukurannya di atas rata-rata tercetak cukup jelas walaupun dia masih memakai bra. Kami berenang sekitar 20 menit, dan setelah selesai saya pinjamkan Lulu handuk untuk mandi di kamar saya yang kebetulan lebih bersih dari kamar mandi yang ada di ruang depan. Saya sendiri mandi di ruang depan.

Begitu selesai mandi, saya ke kamar saya untuk melihat apakah Lulu sudah selesai atau belum. Ternyata Lulu masih di kamar mandi, dan beberapa menit kemudian keluar dengan hanya memakai handuk yang dililitkan di badannya. Handuk yang saya pinjamkan tidak terlalu besar, sehingga hanya mampu menutupi sebagian buah dada dan sedikit pahanya. Belahan dadanya terlihat jelas dan mungkin sedikit lebih turun lagi putingnya akan terlihat. Dengan rambut yang masih basah, Lulu terlihat sangat seksi.

Lulu berdiri di depan pintu kamar mandi dan bilang kalau dia harus mengeringkan bra dan CD-nya yang masih basah. Waktu Lulu mengangkat kedua tangannya untuk menyibakkan rambutnya, handuknya terangkat dan kemaluannya terlihat. Saya tidak tahu apakah Lulu sadar atau tidak kalau handuknya terlalu pendek dan tidak dapat menutupi kemaluannya. Rambut kemaluan Lulu lumayan lebat.

Lulu kemudian duduk di ranjang saya dan menanyakan apakah dia boleh menunggu sebentar di kamar saya sampai pakaian dalamnya kering. Tentu saja saya membolehkan, dan setelah mengobrol beberapa saat, Lulu menyandarkan badannya ke sandaran ranjang dan menjulurkan kakinya ke depan. Kakinya yang panjang terlihat mulus. Melihat itu semua, kemaluan saya mulai menegang.

Saya tanya dia, “Sambil nunggu celana kamu kering, mau aku pijitin nggak..?”
“Mau dong, asal enak yah pijitannya..”
Saya minta dia membalikkan badannya, dan saya mulai memijati kakinya. Beberapa saat kemudian saya mulai memberanikan diri untuk naik dan memijat pahanya. Lulu sangat menikmati pijatan saya dan sepertinya dia juga sudah mulai terangsang. Hal ini terbukti dengan dibukanya kedua kakinya, sehingga kemaluannya terlihat dari belakang, walaupun tubuhnya masih dibalut handuk.

Saya pun mulai memijat pahanya bagian dalam, dan terus naik sampai ke selangkangannya. Lulu diam saja, dan saya memberanikan untuk mengelus kemaluannya dari belakang. Juga tidak ada reaksi selain desah nafas Lulu tanda bahwa dia sudah terangsang dan menikmati apa yang saya lakukan.
“Lulu, buka yah handuknya biar lebih mudah..” kata saya.
Tanpa diminta lagi, Lulu membalikkan badannya dan melepaskan handuknya, sehingga tubuhnya sekarang telanjang bulat di depan saya. Buah dada Lulu ternyata lumayan besar dan sangat indah. Ukurannya mungkin 36C dan putingnya berwarna kemerahan.

“Ton, buka dong celana pendek kamu..!” pintanya.
Saya berdiri dan melepaskan celana yang saya kenakan. Kemaluan saya sudah sangat menegang dan saya pun naik ke ranjang dan tiduran di sebelah Lulu.
“Kamu diam saja di ranjang, biar aku yang buat kamu senang..,” katanya.
Saya pun tidur telentang, dan Lulu naik ke badan saya dan mulai menciumi saya dengan penuh nafsu.

Beberapa menit kemudian ciumannya dilepaskan, dan dia mulai menjilati badan saya dari leher, dada dan turun ke selangkangan saya. Lulu belum menjilati kemaluan saya dan hanya menjilati selangkangan dan paha saya sebelah dalam. Saya sangat terangsang dan meminta Lulu untuk memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Lulu mulai menjilati kemaluan saya, dan sesaat kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Ternyata Lulu sudah sangat ahli. Pasti dia sudah sering melakukannya dengan bekas pacarnya, pikir saya. Memang sebelum itu Lulu pernah berpacaran dengan beberapa pria. Saya sendiri saat itu masih perjaka. Saya memang juga pernah berpacaran waktu kuliah, tetapi pacaran kami hanya sebatas heavy petting saja, dan kami belum pernah benar-benar melakukan hubungan seks.

Saya minta Lulu untuk membuat posisi 69, sehingga selangkangannya sekarang persis di depan hadapan wajah saya. Sambil Lulu terus mengulum dan menjilati kemaluan saya, saya sendiri juga mulai menjilati kemaluannya. Ternyata kemaluannya berbau harum karena dia baru saja selesai mandi. Rambut kemaluannya juga lebat, sehingga saya perlu menyibakkannya terlebih dahulu sebelum dapat menjilati klitorisnya. Kami saling melakukan oral seks selama beberapa menit, dan setelah itu saya minta Lulu untuk tiduran. Dia merebahkan badannya di ranjang, dan saya mulai menjilati buah dada dan putingnya.

Lulu sudah sangat terangsang, “Hmm.. hmm.. terus Ton.. terus..!”
Saya terus menjilati tubuhnya sampai ke kemaluannya. Rambut kemaluannya saya sibakkan dan saya jilati bibir kemaluan dan klitorisnya. Cairan kemaluannya terasa di lidah saya. Tubuh Lulu menggelinjang hebat dan pantatnya diangkat seolah-olah ingin saya menjilatinya lebih dalam lagi. Tangannya menekan kepala saya sampai hampir seluruh wajah saya terbenam di kemaluannya. Saya semakin bersemangat memainkan ujung lidah saya yang menyapu kemaluan Lulu, dan kadang-kadang saya gigit perlahan klitorisnya.

Lulu benar-benar menikmati apa yang saya lakukan, dan semakin membuka pahanya lebar-lebar. Dia terus menekan kepala saya dan menaik-turunkan pinggulnya.
“Ah.. ah.. ah.. I’m coming, I’m coming..!” teriaknya.
Saya terus menjilati klitorisnya dengan lebih cepat, dan sesaat kemudian dia berteriak, “Ahh.. Ahh.. Ahh..” tanda kalau dia sudah orgasme.

Kemaluannya sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya.
Lulu melenguh sebentar dan berkata, “Ton, masukin dong, saya mau nih..!”
Saya bilang kalau saya belum pernah melakukan ini, dan takut kalau dia hamil.
“Jangan takut, saya baru saja selesai mens kok, jadi pasti nggak bakalan hamil..”

“Kamu di atas yah..!” kata saya.
“Ya udah, tiduran sana..!”
Saya tiduran dan Lulu duduk di atas saya dan mulai memasukkan kemaluan saya ke vaginanya dengan perlahan. Wah, nikmat sekali.. ternyata begitu rasanya berhubungan seks yang sesungguhnya. Lulu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kedua tangannya diangkat ke atas. Saya memegang kedua buah dadanya sambil Lulu terus bergoyang, makin lama makin cepat.

Beberapa saat kemudian saya sudah tidak tahan lagi dan ejakulasi sambil memeluk tubuh Lulu erat-erat. Belum pernah saya merasakan kenikmatan seperti itu. Kami pun berciuman dan kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat. Di kamar mandi saya menyabuni tubuh Lulu dari atas ke bawah, dan hal yang sama juga dia lakukan ke saya. Khusus untuk kemaluannya, saya memberikan perhatian khusus dan dengan lembut menyabuni klitorisnya dan memasukkan jari saya untuk membersihkan vaginanya yang basah oleh air mani saya. Kelihatan kalau Lulu sangat menikmati itu, dan kakinya pun dibuka lebar-lebar.

Selesai mandi, kami kembali ke kamar dan membicarakan apa yang baru kami lakukan. Terus terang saya tidak pernah berpikir untuk melakukan hubungan seks dengan Lulu secepat itu, karena kami belum lama kenal dan semuanya juga terjadi dengan tiba-tiba. Lulu bilang kalau sebenarnya dia suka dengan saya dari awal, dan memang sudah mengharapkan untuk dapat melakukan ini dengan saya.

Setelah kejadian itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks di mess sepulang dari kantor. Karena di mess tidak ada pembantu (pembantu hanya datang di pagi hari untuk membersihkan rumah atau mencuci baju), kami bebas melakukannya di luar kamar baik di ruang tamu, halaman belakang dan juga kolam renang. Benar-benar beberapa hari yang tidak dapat saya lupakan. Sayang hubungan kami tidak berlanjut setelah saya kembali ke Jakarta karena jarak yang memisahkan kami.

Sebenarnya saya pernah minta Lulu untuk pindah kerja ke Jakarta, tapi dia tidak mau dengan alasan orang tuanya tidak mengijinkan, karena dia anak satu-satunya. Juga mungkin bagi Lulu saya hanyalah salah satu pria yang lewat dalam hidupnya.

Tamat


Selengkapnya...

Pelampiasan Sang Dokter

Aku menjadi dokter yang terpilih mewakili organisasi proyek perbaikan gizi masyarakat di suatu kepulauan. Tempat aku bekerja jaraknya hanya satu jam pelayaran dan terletak dalam satu propinsi dengan tempat tinggal kami. Atas persetujuan suami, kami berpisah dan setiap dua minggu aku pulang ke rumah.
Sepeninggalku, ternyata suamiku menunjukkan dirinya sebagai gay. Dia mempunyai pemuda simpanan temantidur dan pemuas sex. Selama aku dinas di kepulauan, pemuda itu beberapa kali dibawa pulang menginap di rumah. Untuk menyembunyikan sikapnya, sehari-hari teman gaynya disimpan di luar, disewakan rumah. Kejadian ini memukul perasaanku. Segala upaya untuk menyadarkan suamiku ternyata tidak membawa hasil.
Aku membawa kedukaanku di pulau dengan cara melayani masyarakat setempat. Untuk mengisi kekosongan waktu, aku buka praktek sebagai dokter umum. Suatu hari ketika jam praktek hampir usai, seorang pasien laki-laki tegap berkumis dan bercambang datang minta agar diperiksa. Ia memperkenalkan namamanya Hamid. Keluhannya sering pusing.
“Silakan Pak Hamid naik ke tempat tidur biar saya periksa”.
Segera aku memeriksa pernafasan, tekanan darah dan lain-lainnya. Ketika tanganku memegang tangannya yang berbulu lebat, ada perasaan canggung dan geli. Sewaktu Pak Hamid pamit, dia meninggalkan amplop biaya pemeriksaan. Ternyata isinya melebihi kewajaran tarip seorang dokter umum.
Hari berlalu, ketika suatu malam saat aku akan mengunci kamar praktek, dihadapanku telah berdiri Pak Hamid.
“Dokter, apakah masih ada waktu untuk periksa saya ? Maaf saya datang terlalu malam karena ada pekerjaan tanggung”.
Aku kaget karena kehadirannya tanpa aku ketahui. Dengan senyum geli aku membuka kembali ruang praktek sambil mempersilakan masuk.
“Dok, saya tidak mempunyai keluhan. Hanya saya ingin tahu apakah tekanan darah saya normal”.
Demikian Pak Hamid mengawali pembicaraan.
“Saya bisa tidur nyenyak setelah makan obat dokter”.
Sambil memerika, kami berdua terlihat pembicaraan ringan, mulai dari sekolah sampai hobi. Dari situ aku baru tahu, Pak Hamid telah dua tahun menduda ditinggal mati istri dan anak tunggalnya yang kecelakaan di Solo. Sejak saat itu hidupnya membujang. Ketika pamit dari ruang praktekku, Pak Hamid menawarkan suasana santai sambil menyelam di kepulauan karang.
“Dok, panoramanya sangat indah, pantainya juga bersih lho”.
Aku setuju atas tawaran itu dan Pak Hamid akan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
Dalam speed boath yang menyeberangkan kami, hanya berisi aku, Pak Hamid dan pengemudi kapal. Sesampainya disana, aku merasa canggung ketika harus berganti pakaian selam di hadapan laki-laki. Tapi aku juga belum tahu cara mengenakan pakaian selam jika tanpa bantuan Pak Hamid. Terpaksa dengan pakaian bikini aku dibantu Pak Hamid memakai pakaian renang. Tangan kekar berbulu itu beberapa kali menyentuh pundak dan leherku. Ada perasaan merinding.
Tanpa terasa kegiatan menyelam menjadi kegiatan rutin. Bahkan pergi ke tempat penyelaman sering hanya dilakukan kami berdua, aku dan pak Hamid. Semakin hari jarak hubungan aku dengan Pak Hamid menjadi lebih akrab dan dekat. Kami sudah saling terbuka membicarkan keluarga masing-masing sampai dengan keluahanku mengenai suamiku yang gay. Dia tidak lagi memanggilku Bu Dokter, tapi cukup namaku, dik Nastiti.
Musim barat hampir tiba, kami berdua di tengah perjalanan ke tempat penyelaman. Tiba-tiba datang hujan dan angin sehingga gelombang laut naik-turun cukup besar. Aku mual, sehingga kapal dibelokkan Pak Hamid ke arah sisi pulau yang terlindung. Kami turun ke pantai, duduk di bangunan kayu beratap rumbia tempat para penyelam biasa istirahat sambil menikmati bekal. Hanya ada dua bangku panjang dan meja kayu di tempat itu. Angin kencang menyebabkan tubuh kami basah dan dingin. Aku duduk mepet ke Pak Hamid. Aku tidak menolak ketika Pak Hamid memelukku dari belakang. Tangan berbulu lebat itu melingkar dalam dada dan perutku. Dekapan itu terasa hangat dan erat. Aku memejamkan mata sambil merebahkan kepalaku di pundaknya, sehingga rasa mabuk laut mulai reda.
Sebuah kecupan ringan melekat di keningku, kemudian bergeser ke bibir, aku berusaha menolak, tapi tangan yang melingkar di dadaku berubah posisi sehingga dengan mudah menyusup dalam BHku. Tiba-tiba badanku terasa lemas saat jari tangan itu membuat putaran halus di puting susuku. Bibir berkumis lebat itu menjelajah ke bagian sensitip di leher dan belakang telingaku. Persasaan nikmat dan merinding menjalar dalam tubuhku. Bibir itu kembali bergeser lambat menyusur dagu, bergerak ke leher, pundak dan akhirnya berhenti di buah dadaku. Aku tidak tahu kapan kaitan BH itu terbuka. Dorongan kuat muncul di vaginaku, ingin rasanya ada benda bisa mengganjal masuk.
Tangan kekar itu akhirnya membopongku dan meletakkan di atas meja kayu. BHku telah jatuh di atas pasir, mulut dan tanggan Pak Hamid bergantian menghisap dan meremas kedua gunungku, kanan kiri. Aku bagaikan melayang, kedua tanganku menjambak rambut Pak Hamid. Kepalaku tanpa terkendali bergerak ke kanan dan kiri semakin liar disertai suara eluhan nikmat. Oooohhhhh……oohhhh… ooooohhhh……aauuhhhhhh. Kedua tangannya semakin kencang meremas buah dadaku. Mulutnya bergeser perlahan ke bawah menelusur pusar…….. terus….vaginaku. Ahhh…… husss……. ahh…… aahhhhhh.
Ketika mulut itu menemukan klitorisku, jeritanku tak tertahan Auh..h…h… aahhh….. husss….. sebuah benda lunak menyeruak bibir vaginaku. Bergerak perlahan dalam usapan halus serta putaran di dinding dalam, membuatku semakin melayang. Tanpa terasa eranganku semakin keras. Untuk menambah kenikmatan, aku angkat tinggi pantatku ke atas. Ingin rasanya benda itu masuk lebih dalam. Tapi aku hanya memperoleh dipermukaan. Ooohhhh……..haahh…… haaahh…huuu……………. t..e…r…u….s…..se..se..se..diki t…atas. Ooohhh…….aahhh ……….. Sebuah hisapan kecil di klitorisku memperkuat cengkeraman tanganku di pinggir meja. Hisapan itu semakin lama semakin kuat…. kuat dan kuat….. menjadikan kenikmatan tak terhingga…. memuncul denyutan orgasme. Otot-otot disekitar vaginaku mengejang nikmat dan nikmat sekali. Sesekali nafasku tersengal aaa………..hhhhhh……………huuu…………..a ahhhhh….aahhhh……… aaaahhhhhhhh……. ahhhh…… huhhhhhhh…ehhhhhh. Denyut itu menjalar dintara pangkal paha dan pantat ke seluruh tubuh. Orgasme yang sempurna telah aku dapatkan. Puncak kenikmatan telah aku rasakan.
Lemas sekujur tubuhku, aku ingin dipeluk erat, aku ingin ada sebuah benda yang masih tertinggal dalam vaginaku untuk mengganjal sisa denyutan yang masih terasa. Tapi aku hanya menemukan kekosongan. Tangan-tangan berbulu itu dengan pelan membuka kembali pahaku. Kedua kakiku diangkat diantara bahunya. Kemudian terasa sebuah benda digeser-geser dalam vaginaku. Semula terasa geli, tapi kemudian aku sadar Pak Hamid sedang membasahi penisnya dengan cairan kawinku. Seketika aku bangun sambil menutup kedua kakiku. Aku mendorong badannya, dan aku menangis. Sambil membuang muka aku sesenggukan. Kedua tanganku menutup dada dan selangkangan. Pak Hamid tertunduk duduk dibangku menjauhi aku. Ia sadar aku tidak mau dijamah lebih dari itu. Sambil menelungkupkan badan di meja, tangisku tetahan. Pak Hamid mendekati dan dengan lembut ia membisikkan kata permintaan maaf. Diapun menyorongkan BH serta celana dalamku. Aku tetap menangis sambil menutup muka dengan kedua tanganku. Akhirnya pak Hamid pergi menjauh menuju kapal mengambil bekal.
Kami duduk berjauhan tanpa kata-kata. Sekali lagi Pak Hamid mengajukan permintaan maaf dan berjanji tidak mengulang kejadian itu. Ia menyerahkan botol air mineral kepadaku.
“Maafkan aku dik Nastiti, aku khilaf, aku telah lama tidak merasakan seperti ini sehingga aku khilaf. Aku minta maaf yah, aku harap kejadian ini tidak mengganggu persahabatan kita. Yuk kita minum dan makan siang, terus pulang”.
Aku merasa iba pada Pak Hamid. Ternyata dengan tulus dia masih bisa menahan syahwatnya. Padahal bisa saja memaksa dan memperkosaku.
Kesadaranku mulai pulih, emosiku mereda. Aku mulai berpikir pada kejadian tadi, bukankah aku telah terlanjur basah saat ini ? Bukankah bagian dari kehormatanku telah dijamah Pak Hamid ? Bukankah tubuhku yang paling sensitif telah dinikmati Pak Hamid ? Apa artinya mempertahankan kesucian perkawinan ? Bukankah aku tidak pernah menikmati rasa seperti ini dengan suamiku ? Bukankah aku telah kawin dengan seorang gay ? Yah aku telah diusir dari rumahku oleh teman gay suamiku. Tapi itu bukan salah suamiku. Ia terlahir dengan kelainan jiwa. Ia menjadi gay dengan menanggung penderitaan. Ia terpaksa memperistri aku hanya untuk menutupi gaynya. Aku ingin merasakan kenikmatan, tapi aku tidak ingin jadi korban, aku tidak ingin punya anak dari hubungan ini dengan Pak Hamid.
Keberanianku mulai muncul. Aku melompat dan memeluk Pak Hamid. Kelihatan Pak Hamid ragu pada sikapku sehingga tangannya tidak bereaksi memelukku. Aku bisikan kata mesra.
“Pak, aku kepingin lagi, seperti tadi, tapi aku minta kali ini jangan dikeluarkan di dalam”.
“Maksud dik Nastiti….. ”
Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, tanganku meraba ke penisnya. Kemudian tanganku menyusup dalam celana renangnya. Sebuah benda yang tidur melingkar, tiba-tiba bangun karena sentuhanku…
”Tapi jangan dikeluarkan di dalam ya Pak….”.
“Terima kasih dik….”.
Senyum Pak Hamid berkembang. Kembali aku didekap, aku dipeluk erat oleh kedua tangan kekar. Aku benamkan mukaku di dada bidang berbulu.
Tanpa komando aku duduk di atas meja sambil tetap memeluk Pak Hamid. Aku diam, mataku terpejam ketika pelan-pelan aku direbahkan di atas meja. Satu persatu pengikat BHku lepas sehingga tampaklah susuku yang masih sangat padat lengkap dengan putingnya yang berwarna coklat kemerahan dan sudah berdiri dengan pongahnya. Kedua tangannya meraih dadaku, mulut hangat menyelusur gunungku, perlahan-lahan bergeser ke bawah, semakin ke bawah gerakkannya semakin liar. Gesekan kumis sepanjang perut membuatku menegang. Aku pasrah ketika celana dalamku ditarik ke bawah lepas dari kaki sehingga kini aku sudah benar-benar bagaikan bayi yang baru lahir tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku. Mulut hangat itu kembali bermain lincah diantara bibir bawahku yang ditutupi rambut-rambut kemaluan yang berwarna hitam legam dan tumbuh dengan lebatnya disekeliling lubang kawinku dan clitorisku terasa sudah mengeras pertanda aku sudah dilanda nafsu kawin yang amat menggelegak.
Kenikmatan kembali menjalar di rahimku. Auh….e.e.e.e.e.e.e…..haaah…haa ah…haah. Auhhhhsss…… aku mengerang. Pak Hamid sambil berdiri di tepi meja mengusapkan benda panjang dan keras di klitorisku. Aa……hhhh…..uhhh.. jeritan kecil tertahan mengawali dorongan penis Pak Hamid menyusup vaginaku. Pantatku diangkat tinggi dengan kedua tangannya ketika benda itu semakin dalam terbenam. Tanpa hambatan penis Pak Hamid masuk lebih dalam menjelajah vaginaku. Dimulai dengan gerakan pendek maju mudur berirama semakin lama menjadi panjang. Nafasku tersengal menahan setiap gerak kenikmatan. Aaah….ahh…..ahh…….haaaa………………… …..haassss…….
Entah berapa lama aku menerima irama gerakan maju mundur benda keras dalam vaginaku. Aku telah merasakan denyut orgasme. Auuuuuuuuhhhhh………… Jeritan dan cengkeraman tanganku di pundak belakang penanda aku mencapai puncak orgasme. Gerakan benda itu dalam vaginaku masih tetap berirama, tegar maju mundur dan membuat gesekan dengan sudut-sudut sensitif. Tiba-tiba irama gerakan itu berubah menjadi cepat, semakin cepat….. suara eluhan Pak Hamid terdengar dan otot vaginaku kembali ikut menegang, yah… aku mau kembali orgasme… aaahhhhhhhhhhhh……. aahhhh…. Tiba-tiba benda dalam vaginaku ditarik keluar. Semprotan cairan hangat mengenai pahaku dan meleleh di atas meja. Pak Hamid mencapai puncak kenikmatan. Pak Hamid memenuhi janjinya, tidak mengeluarkan cairan mani dalam vaginaku. Aku lemas…..lemas sekali seperti tidak bertulang. Aku didekap lembut dan sebuah ciuman di kening menambah berkurang daya kekuatanku.
Tiga tahun kemudian setelah kejadian di pulau itu, aku telah menikmati hari-hari bahagiaku. Aku sekarang telah menjadi nyonya Hamid. Di pelukanku ada si mungil Indri, buah hati kami berdua. Setelah perceraian dengan suamiku, satu tahun kemudian aku menikah dengan Pak Hamid. Mantan suamiku mengirim berita ia sekarang sekolah di Australia. Tapi aku tahu semua itu hanya kamuflase, seperti dalam pengakuannya lewat telepon, mantan suamiku menetap di Sydney agar dapat memperoleh kebebasan menjadi kaum gay.


Selengkapnya...

Nikmatnya Tubuh Eva

selasa siang di bulan maret aku terpaksa berteduh di sebuah dealer motor kecil di cibubur.
hanya ada seorang gadis spg-nya. namanya eva umur 24 thn, gadis sunda yg manis. yang aku
suka dari dia adalah bibirnya yang agak besar, seksi dan manis.
hampir sejam ngobrol akhirnya hujan berhenti dan aku pulang sambil meminta kartu namanya.
singkat cerita kami sering berhubungan lewat telpon. aku terus terang ttg statusku yg sdh
beristri tapi tampaknya tidak masalah buat dia, katanya banyak berteman banyak berkahnya.
tapi aku memintanya utk menghubungiku hanya siang dng alasan takut istriku salah sangka.

hubungan kami terus makin akrab walau hanya lewat telpon.
ada perasaan romantis setiap kali berbicara ditelpon dng eva. eva enak diajak ngobrol apapun
pasti nyambung. eva pun tampaknya menikmati perhatianku. walau tinggalnya tidak terlalu
jauh, aku biasa mengiriminya kartu pos yang isnya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau
alisnya yang tebal atau yang isinya berupa ucapan terimakasih atas persahabatan unik kami.

melihat tanggapan eva yg hangat, aku yg mulanya iseng mulai berpikir kenapa aku tidak
jadikan dia selingkuhanku. tiga bln setelah pertemuan pertama, aku mengajaknya ketemuan.
kami janji bertemu di mall cijantung.

rabu sore aku duduk di mcD menunggu eva, jam 17.45 gadis itu muncul. blue jeans ketat
membentuk pinggul, pantat dan pahanya. dan t-shirt ketat bertulis merk motor jepang
membungkus tubuhnya. buahdadanya terlihat sedang. padahal yang paling aku kagumi dari
wanita adalah buah dada yang besar menantang seperti rizki pritasari. tapi it’s oke mumpung
eva menyukaiku.

kami ngobrol dan seperti pertemuan pertama gadis ini mmg memikat saat sedang “ribut”.
sepanjang pertemuan itu eva tidak menolak sewaktu kupegang tangannya, menyentuh kakinya.
dia bahkan melap mulutku yang katanya belepotan saos.
mendapat angin aku makin yakin kalau ia mmg menyukaiku.
aku mengantarnya pulang kekontrakannya di cibubur juga (ortunya tinggal di cengkareng). eva
memintaku singgah sebentar.kuterima ajakannya.

rumahnya kecil ruangnya ada tiga seperti umumya kontrakan di jkt.
suasana romantis yang sdh tercipta sejak di mall cijantung tadi membuat udara di ruang tamu
menyesakkan dadaku. situasi rumah memancing kelakianku.
aku harus mengakhiri pertemuan ini dng kesan yang dalam.
mata eva menatapku berharap aku memulai sesuatu.

aku pura-pura mau kekamar kecil. eva mengantarku kedalam. ia berjalan didepanku.
sampai diruang tengah yg adalah kamar tidurnya, kutarik tangannya, tubuh kami berhadapan.
“kenapa mas?”
aku tak menjawab pertanyaannya, kutarik tubuhnya, tdk ada perlawanan.
kucium bibirnya , kukulum lembut, terasa aroma burger dimulutnya.
bibirnya yang seksi terasa manis.
eva mulai membalas kulumanku, lidahku menusuk menjelajahi mulutnya. tubuhku terangsang

pengakuan eva, ia belum pernah bercinta, jadinya aku merasa tertantang utk membimbing dan
memberinya kepuasan yg tak akan terlupa.

lama kami berpagut, eva menikmati pagutan panas kami. aku merasakan tubuhnya memanas.

kulepas t-shirtnya, eva menurut.
bh eva berwarna pink, seperti yg kubayangkan susunya sedang. agak menyembul karena bh-nya
yang agak ketat. kujilati lehernya eva menggelinjang kegelian. “EHHHH…GELI MAS…” pelukan
eva mengencang. ia mendesah-desah lembut, “AAAHH….. AAAHHHH…..tubuhnya bergerak-gerak
erotis dlm pelukanku membuat nafsuku terus bergerak naik.

kulepas jeans-nya, eva pasrah dia bahkan membantuku melepas celananya. cd berwarna hitam,
“hhhmmm… warna kusuka, seksi…”
kubimbing tubuhnya ke kasur yg terletak diujung ruangan, (eva tdk punya ranjang)
kurebahkan tubuhnya. aku tersenyum menatapnya. eva membelai rambutku.
“aku mencintaimu eva…”rayuku menciumi wajahnya
“eva juga mas… ”

aku mulai bergerilya diatas tubuhnya kujilati lagi lehernya, bagian tubuh wanita yg paling
gampang membuat membuat mereka kegelian. kutelusuri dadanya menuju belahan susunya. tanganku
masuk kebalik bh-nya. kucubit nakal putingnya, eva meringis, mencubit pundakku.
kulepas bh-nya. sekarang semua terpampang indah dihadapanku. kunikmati susu itu, eva
mengelinjang keenakan. darahku mendidih

aku turun menjilati, menciumi perutnya, kami terbawa suasan panas. yg aku heran kok eva
membiarkan pintu rumahnya terbuka dan tdk takut ketahuan org lain. yang aku perhatikan ada
beberapa rumah lain dekat sini

aku sampai di atas selangkangannya. kutarik turun pelan cd-nya tangan eva berhenti
mremas-remas rambutku. dia seperti menunggu sesuatu.

pelan tapi pasti kulorotkan sampai cd-nya terlepas. kusergap selangkangannya dng wajahku.
vaginanya kuoral.

sedikit terpekik eva menjambak rambutku. jambakan eva membuatku bergairah.
kuisap, jilat bibir vagina dan klitorisnya. lidahku menelusup masuk keliangnya.
eva menggelinjang, mengejang. dan bergetar bergantian desahannya berubah menjadi erangan
cepat.
“EEENNNGGGHHHHH………RRRRRR RGGGGGGHHHHHHHHH …. .. MASSSS…….. OGGHHH….”

nafasku memburu, vagina eva terasa gurih. tubuhku ikut bergetar. nikmatnya vagina ini
rasanya lebih nikmat dari vagina istriku yg mulai longgar setelah melahirkan.

dng sigap kubuka semua pakaianku, sekarang akupun telanjang bulat.

kaki eva menjepit-jepit kepalaku. gadis ini terangsang hebat. tapi rasanya tidak adil kalau
ia terbang sendiri.
kuputar tubuhku menjadi gaya 69. ******ku yg tegang mengacung di wajahnya. eva shock
sewaktu melihat ******ku, ia terdiam, mungkin tdk tahu harus melakukan apa.

“pegang terus diremas sayang” ajarku.
agak lama baru eva mau meremas-remas penisku. enak ada sensasi nikmat menyerangku. rasanya
lebih nikmat dr pada kuremas sendiri atau istriku yg meremasnya.
pantatku bergoyang mengikuti gerak jari-jari eva. lama-kelamaan remasan eva makin pintar dan
lincah. ******ku menegang terus dan terasa panas.

kuteruskan oralku di vaginanya, eva makin semangat memaini batang kejantananku. vaginanya
basah oleh liur dan lendir.

aku sendiri tidak tahan lagi, “isap sayang…” pintaku dng nada memelas. mungkin dlm keadaan
fly, eva menurut saja, dilahapnya ******ku.
pertama agak pelan ragu, tapi kemudian eva jadi buas.

aku sulit menggambarkan rasa apa yg sedang menyerang tubuhku. luarbiasa. kami berpacu saling
memuaskan. gadis itu tdk perlu diajar banyak utk menikmati anugerah seks ini.

******ku terasa penuh terasa maniku mulai mengaliriku batangku. sesaat gerakan eva menggila
dan tangannya berhenti meremas ******ku. dia akan orgasme.

kuhentikan permainan binal kami. kuputar tubuhku ke posisi tradisional, eva tampaknya
keberatan.
wajahnya kelu nikmat. “jangan berhenti mas….” suaranya berat. nafasnya tersenggal.
“kenapa sayang…?” enak ya..?” godaku
eva mengangguk malu sambil menggigit dadaku.
aku tersentak, “jangan sayang nanti dilihat istriku”,
tapi terlambat bekas merah halus tergambar didadaku.
“kubalas kau..” kuisap belahan susunya, keras.. cupang merah kini menghiasi susunya.
“kita harus bercinta sebelum cupangmu hilang” “kalo tidak ada bencana yg bakal menimpa kita”
kataku.
“Ngarang..”

sambil agak menindih tubuhnya, kubelai rambutnya.
“bolehkah perawanmu untukku sayang?”
“mmgnya eva masih perawan skrg mas?” wajahnya agak heran.
“vaginamu dioral tdk berarti keperawananmu hilang” “tdk ada darah, yg ada hanya lendirmu”

eva memelukku, “aku suka pada mas sejak pertemuan pertama dan tiga bulan ini telah jatuh
cinta padamu mas”.
“sekarang aku telanjang dihadapanmu, semua milikmu mas”

“aku sdh beristri” kataku
“aku tidak cemburu padanya” jawabnya polos.

inilah wanita, mereka memberi seks agar mendapatkan cinta. sedang pria memberi cinta utk
mendapatkan seks.

kuciumi wajahnya, eva membalas. birahi kami kembali bangkit. kulit kami bergesekan membawa
sensasi nokmat.
susunya hangat lembut dan kenyal menggosok dadaku.
“OOOOGGGGHHHHHHHHH…..” aku mengerang nikmat
kami kembali tenggelam dlm kemesuman.

eva mengerang sewaktu jariku menusuk vaginanya yg banjir. kukocok tdk terlalu dalam, aku tdk
ingin merobek selaputnya, biar ******ku yg merobeknya. “MAS….. ENAKKKK… suaranya lirih.

tubuh eva mmemanas, akupun mendidih.

kutuntun tangannya memegang penisku. “bantu mas masuk ke vaginamu sayang..”
eva meremas ******ku dan mengarahkan ke vaginanya.
alat kelamin kami bersentuhan. kepala batangku menyentuh bibir vaginanya.
inilah pertamakali kami seutuhnya bersatu.
kudorong masuk ******ku yang mengeras seperti batu.
mata eva terpajam sambil menggigit bibirnya.
pelan… pelan… tertahan. vagina yg basah dan sdh terbuka itu masih sempit utk di masuki

kutarik keluar kemudian masuk, terus berulang
“AAAGGGHH…’AAAGGGHH” “AAAGGGGHHHH” eva berteriak tertahan setiap kali ******ku mengocoknya.

“SAKIT MAAASSS…”suaranya bercampur sakit dan enak
“MAS LEPAS”
“JANGANNN…” tangannya menahan pantatku

terus kukocok, pantatnya bergerak maju mundur.
bercak darah segar menempel di ******ku. akhirnya aku mendapat keperawanannya.

lewat 5 menit…”SLEEEPPP….” penisku tertanam.
“OOOGGGHHHH….”nikmatnya penisku tertanam, dinding nya mengendut hangat, sebisa mungkin
kutancapkan ******ku sampai menyentuh dasar liangnya.
liang eva sempit tapi dalam, penisku yg panjangnya sedang saja sekitar 15-16 cm tenggelam
semua.

tubuh eva mengejang bergetar, ia menggigit lagi dadaku kali ini agak dekat leher. tapi krn
sedang fly aku tidak peduli.

setelah beberapa saat kami meresapi setiap butir kenikmatan. aku mulai mengocok vaginanya.

kami berburu dalam nafsu birahi. aku seperti seorang joki yang duduk diatas kuda. sementara
eva menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air.

kamar eva penuh dengan bau mani, nafas yg memburudan erangan. “PLAKK…CEEPLAK…CEPLAK. ..”
suara air dan kulit bertepukan

“OGGH…OGH..OGH.. hanya itu yg keluar dr mulutku berulang ulang. pikiranku tersumbat
tubuhku melayang kesurga.

eva tambah membuatku bersemangat mencabulinya dengan suaranya yang merengek, mengerang
nikmat. berkali-kali ia menceracau tak karuan.
“HHOOOOOOGHHH……..MMMAAAAAS S…. EENNAAAKKK….
SAAA…KKKIITTT…
“EEvVV… LLAAGGIII……..” “NNNNNNNGGGGGGGGHHHHHHH……. .”

setelah 10 menit yg rasanya seperti sepuluh thn. tubuh eva mengejang terdiam, suaranya
tersendat-sendat, “EGH…EGH…EGH…” eva memelukku erat.
eva hampir sampai. kupercepat kocokanku tubuhku ikutan bergetar hebat.

terasa maniku mengaliri ******ku, sebentar lagi aku akan meledak. rasa nikmat menjalar dari
batang ******ku kepaha sampai ujung jariku, mengalir kesekujur tubuhku. inilah rasa yg
sampai skrg tidak bisa dijelaskan dan tak bernama.
geli, nikmat, ingin menangis, lemas bercampur aduk.

kemudian aku tak bisa bergerak, tubuhku kejang otakku berhenti bekerja.

eva melenguh panjang, “EEENNNNGGGGHHHHHH………… …..”
akupun menyusulnya, “EENNNGGGHHHHHHHHH…….. …”
kami orgasme bersama.

kami berpelukan. aku tetap menindihnya tak ingin mencabut senjataku dari liangnya.
kuseka keringat di wajahnya, wajahnya tersenyum manis memencarkan kenikmatan yg tiada tara.

“terima kasih sayang”,Kau wanita yang hebat” “kau membawaku kesurga”, kukecup keningnya

“mas aku cinta kau..jangan tinggalkan aku”suaranya lemah

setelah kejadian malam itu, aku menunggu utk menidurinya lagi.


Selengkapnya...

Peselingkuhan dengan Pelatih Senam

Ini Pengalamanku sebenarnya, sengaja aku samarkan namaku dan suamiku agar dia tidak tersinggung dan tidak tahu kalau ini yang nulis saya, Kalau sampai tahu kan nggak enak dong, bisa tengkar nantinya.
Kejadian ini tidak pernah kuduga sebelumnya, Selama ini rumah tanggaku berjalan baik dan aku tidak pernah melakukan hubungan sex selain dengan suamiku sendiri. Ade, suamikuseorang kontraktor yang cukup besar di kota Malang Jawa Timur, hampir setiap hari waktunya habis dikantor untuk mengurus proyek dan proyeknya. Aku sendiri Dini menikah dengan Ade, kakak tingkat kuliahku di Perguaruan Tinggi Bandung , 2 tahun diatasku. Kehidupan sexku biasa saja, dan cenderung membosankan padahal kurasakan sampai sekarang gairahku cepat sekali memuncak dan kalau melakukan hubungan intim aku suka sekali berlama- lama menikmati dengan berbagai variasi, tetapi suamiku orangnya kuno dalam melakukan hubungan sex dengan cara yang biasa saja, dia diatas dan aku dibawah, kadang aku kepingin juga cara lain seperti pada video porno yang pernah kulihat saat suamiku pergi, tapi tidak pernah kesampaian, karena pernah kuutarakan pada suamiku dia tidaka menjawab apapun, sehingga kadang aku merasa tidak puas. Aku sering juga melakukan masturbasi untuk menambah kepuasanku sambil membayangkan wajah seseorang dengan penis menantang. Saat ini aku dikaruniai 2 orang anak yang cukup manis dan ganteng. Aku sendiri memiliki beberapa kesibukan dirumah dengan membuat caterring untuk beberapa perusahaan yang ada di Malang . Jadi dari segi materi aku bisa dikatakan sudah cukup.
Untuk mengisi waktu luang aku sempatkan mengikuti kegiatan kesehatan berupa senam pada sanggar senam tertentu hal ini aku lakukan untuk menjaga stamina dan juga tubuhku biar tidak gembrot, dan hasilnya lumayan saat ini tinggi badanku 165 cm, rambutku hitam pekat, mata coklat, pinggangku cukup ramping pantat juga berisi dan yang penting payudaraku tidak kendor walaupn pernah menyusui dan ukurannya cukup membuat orang menelan ludah 36C. Aku sengaja mengambil jadwal pagi karena siang sedikit aku harus sudah rapi berada dikantor pribadiku.
Setelah membereskan urusan rumah aku bersiap berangkat menuju tempat senam, denga memakai T shirt Kuning cukup ketat dan celana senam aku memagut diri dikaca, Yach,… lumayan juga pikirku, dengan tshirt tersebut payudaraku seakan tertekan dan hendak melompat keluar, aku sadari itu.
Peugeot 306 yang kukendarai memasuki pelataran parkir kulihat didalam suara cukup ramai juga kiranya hari ini. Aku memang tidak pernah ikut ibu-ibu yang suka ngerumpi ditempatku senam, selesai senam aku langsung pulang. Pagi ini berbeda sekali tempat senam hampir penuh, aku duduk sendiri ditepi sambil mempersiapkan baju senamku, aku menuju kekamar ganti kudengarkan ada beberapa suara ibu-ibu cekikikan sambil menceritakan pengalamannya, Ah,… gila pikirku, mereka suka sekali sama laki-laki muda usia untuk permainan sexnya.
“Iya Jeng Nik,… tadi malam itu seru lho, aku tidak menyangka Dion begitu perkasa, aku dibuatnya tak berkutik dalam 4 ronde sekaligus, padahal kelihatan dia paling pendiam ya disini, dan permainannya,………. Yahuuut lho, memekku sampai seperti mati rasa,……” Cerita salah satu ibu peserta senam.
“Ah,…. Masak sih jeng Rita,….. yach,… sayang aku nggak dapet ya,… kalau sama Rico gimana jeng,……… itu lho anak SMA 3 yang kita temukan bersama waktu nongkrong di café Regent,….. yang itunya item dan gede.” Timpal temannya.
” Oh,….. Kalo yang itu sih lumayan, tapi permainannya masih hebat si Dion, Awalnya saja aku sudah keder dibuatnya.”.,,,,,,,
” Masa,… aku jadi pengin mencobanya jeng,…… Lihat aja ya nanti,… aku habisin dia dengan segala tenagaku,…” celetuknya dengan geregetan.
Pembicaraan terus berlangsung secara tidak sadar aku terbawa ikut memikirkan Dion,… Apakah Dion itu pelatih senam yang baru 2 bulan melatih ditempatku, kalo lihat cirinya pendiam dan acuh sih memang dia,…tanpa terasa tanganku telah berada diantara dua pahaku terasa hangat dan kuraba pelan memeku dari luar baju sanam ah,…. Cepat-cepat kubuang pikiran buruk itu aku tidak ingin terjadi sesuatu. Semakin kupikir semakin berkecamuk pikiran itu ada. Aku ingat waktu itu
Dion memang sempat menjadi buah bibir dikalangan ibu-ibu tempatku senam tapi aku tidak pernah sedikitpun ikut didalamnya. Apakah dion itu ya yang dibicarakan ibu-ibu.
Pertama kali masuk Dion memang sempat grogi disoraki oleh ibu-ibu bahkan sempat membuat wajahnya memerah ketika perkenalan ibu-ibu menanyakan statusnya. Bahkan salah satu ibu ada yang nyeletuk menanyakan besar tidaknya ukuran vital Dion, dan hanya dijawab dengan senyum saja.
” Tok,.. Tok,… Tok,…..”
Aku terkejut mendengar pintu kamar ganti diketok dari luar, ah kiranya cukup lama juga aku berada dikamar ganti , cepat cepat kekemasi barangku dan keluar menuju hall senam, disana masih banyak ibu bergerombol menunggu waktu senam berlangsung. Aku duduk sendiri sambil minum the hangat,… tiba-tiba disebelahku duduk empat ibu-ibu yang nampaknya cukup centil dengan usia yang bervariasi. Sambil berbasa-basi dia memperkenalkan diri dan,….. aku agak terkejut karena suara dan namanya sama dengan yang ada di kamar ganti sebelahku tadi. Jeng Nanik dan Jeng Rita cukup keren juga orangnya dari parfum dan merk lain yang ada ditubuhnya bukan orang yang tidak mampu kiranya. Nanik kutasir berusia 37 tahun dan mengaku anaknya 3 dan suaminya pegawai swasta dengan jabatan cukup layak, kulitnya putih dan mulus dengan alis tebal dandanannya tidak semenor Rita Tingganya sekitar 5 Cm dibawahku dan payudaranya juga tidak sebesar punyaku, kutaksir sekitar 34 B tapi nampak serasi sekali dengan penampilannya. Kalau Rita lebih tinggi dari Nanik tapi masih dibawahku, rambutnya dipotong pendek dan kulitnya kuning langsat dengan jari lentik payudaranya kutaksir bernomor 36 B dan pantatnya lebih besar dari Rita, dan kelihatan sekali Rita lebih aggresif dalam pembicaraan, sambil diselingi tawa renyah mereka.
” Eh jeng Dini kan sudah lama ikut disini, udah pernah nyoba-nyoba rasa lain nggak selain rasa suami,……Dengan cara arisan bersama,… enak lho jeng, rugi kalo nggak mencobanya” celetuknya berbisik hati-hati,…… Sambil sesekali melirik Nanik.
Merah wajahku rasanya, karena selama ini tidak pernak aku temukan orang yang bicara terbuka seperti itu,… “E,…. E,….. ti,… ti,… dak kog,.. ini apa ya,…. Aku gelagapan.
Dan serempak dua ibu tadi tertawa berbahak-bahak,…… Ah,… masa jeng Dini, lha wong sekarang fasilitas sudah banyak kog tidak dipergunakan, yach,… JUST FOR FUN saja kog, kalo habis yang dibuang to jangan dibawa pulang bingkusnya bisa bahaya ya jeng Nanik,…. Iya lho Jeng Dini kita ini kan punya kelompok disini yang kadang bikin acara enjoy bersama dan tertutup sekali lho, tidak semua ibu boleh ikutan disini, Tak lihat jeng Dini mulai pertama ikut senam tidak pernah ada teman dan menyendiri, apa salahnya kalo bergabung dan menikmati menu baru kami.
Gila orang-orang ini Jeng Nanik pintar juga ngomong gituan, belum sempat aku berpikir dan menjawab mereka menyela lagi,…. “Sudah lah jeng Dini ,…. Ikut aja rahasia pasti terjamin kog,.. dan yang penting ada menu baru tiap bertemu”. Sambil menarik tanganku menuju hall senam. Konsentrasiku bubar selama senam aku secara tidak sengaja hanyu oleh pikiran ibu-ibu, dan kebetulan pelatihku hari ini Dion.
Kuperhatikan seksama Dion cukup keren juga Tongkrongannya bodinya bagus, otot-ototnya nampak menyembul, dan,…. Ayooo,… hap,… satu,… dua,… renggangkan kaki,… perintahnya. Dia menghadap peserta senam dan,… Alamak,… otot diantara kedua selangkangannya tertekan oleh baju senamnya nampak menyembul keras dan cukup panjang, aku jadi berpikiran yang bukan bukan, seandainya bisa kugenggam dan kulakukan seperti di video porno itu enak kali ya,…….Gila,… pikirku aku kog jadi gini.
Senam sudah usai, mobil merangkak pelan menuju garasi, kuhempaskan tubuhku diatas kasur, pikiranku berkecamuk membayangkan perkataan ibu-ibu tentang menu baru penuh rahasia tadi, tiba-tiba pikranku menerawang dan melintaslah bayangan Dion dengan mesra aku merinding, Dion seolah datang dan memelukku, tangannya mulai membelai punggung dan turun ke pantat. Diremasnya pelan dan kurasakan benda keras diantara selangkangannya menempel ketat dibaju senamku, aku kegelian, dan,….. Lambat namun pasti kurasakan tangannya mulai menyentuh dadaku yang kenyal, kurasakan pelintirannya membuat pentilku mulai kaku dan keras,……..Aku mulai mengejang, tapi tak dilepas tangannya didadaku bahkan mulai nakal, tangan kanannya berani menuju selangkanganku dikuaknya kuat-kuat celanaku sampai kudengar robekan kain Oh,……. Jari-jemarinya membelai lembut gumpalan daging lunak penuh bulu dan,… Mulutnya tak tinggal diam, Dion mulai mengeluarkan lidaknya menjilati memekku yang mulai basah,…. Aaaaaahhhhhhh,,,, Zzzzzzzt,….. aku tak kuat menahan, Dion masih terus menjilat dan menjilat klentitku mulai kaku dan memekku semakin basah dan,…. Kriiiinngggg,….. Krrriiiiingggg,…. Suara telepon berdering aku tertegun,…Gila cing aku bisa membayangkan dengan Dion begitu hebaaat, badanku meriang rasanya dan satu lagi yang kurasakan basah diselangkanganku. Aku bangun bermalas-malasan dan kuangkat telepon.
” Hallo,…. Jeng Dini ada”,…..
” Ya saya sendiri, siapa ini ya,…”
” Aduh,…. Masak lupa saya Rita yang senam tadi,….. Wah sedang apa ini kog kayaknya malas-malasan saja,……..
Terasa sekali memang agak serak suaraku saat ini habis membayangkan dengan Dion kering rasanya tenggorakkan.
“,…. Oh,…. Tidak jeng ini lho sedang membersihkan rumah kacau balau gini, kalau jeng Rita sedang apa ini kog tumben telpon saya”,…
” Ah enggak lagi free aja ini ngga’ ada temen ngobrol,… Eh,.. iya gimana tadi tawaran kelompok kami jeng,… Mbok ikut aja lah biar sekali-sekali punya menu sesuai selera,… ha ha ha,….. ndak usah takut,.. enjoy aja kog,…………….
Jeng rita menceritakan panjang lebar club gilanya dan aku tambah menerawang atas kegiatan dengan pengalamannya yang menggila itu.
“,…. Jeng Rita apa suami jeng nggak curiga,…….. belum selesai aku bicara, Rita menimpali dengan amat berapi-api.
” ,… ya caranya dong,… abis gituan sama yang lain jangan mikirin dia lagi, abis ya abis kan beres jeng jadi nyampek rumah pikiran fres dan segar lho,…. Bener Jeng,… ayo deh ikutan ,…… nanti pasti deh jeng Dini suka. Rayunya tak henti-henti”.
Tak lama berselang telepon kuakhiri tanpa jawaban iya atau tidak,….. aku bingung dan berfikir keras sampai akhirnya aku tertidur.
Sore hari setelah menerima laporan dari tukang antar caterringku aku membukukan hasil caterringku selama sehari, aku membantu anak-anakku menyelesaikan tugas belajarnya. Kudengar bel pintu dan suamiku pulang dengan wajah kuyu kelelahan, kupersiapkan perlengkapan mandinya.
Malam larut aku sangat menginginkan hubungan intim malam ini, kucoba dekati suamiku dia sudah tertidur lelap tergambar kelelehan diwajahnya, aku kasihan tapi memekku sudah mulai basah ingin dijenguk oleh kemaluan suamiku. Kucoba membangunkan dia, tapi dia menolak dan hanya kekecewaan yang kudapat malam ini dan tanpa tersadar aku sudah terlelap.
Suasana hingar bingar ruang senam kembali kudengar dan kulihat sekeliling kembali bergerombol sekelompok ibu-ibu yang 3 hari kemarin mengajakku ikut dalam kelompoknya.
” Hai jeng Dini,… sini dong kenapa sendirian saja disitu” ajak jeng Rita sambil tersenyum. Kulangkahkan kakikku menuju kearah mereka kuhitung ada 7 orang denganku. Aku berbasa basi memperkenalkan diri.
” Ibu-ibu, ini peserta baru kita yang saya ceritakan kemarin itu lho,,…. Gimana Jeng jadi ikutan ya,… untuk pengalaman aja kog,… ” ajaknya merayu.
” Iya jeng ,…. (spontan ibu-ibu seperti Koor) “Rahasia terjamin deh”, “Mereka itu sudah terlatih kog, habis acara ya kayak ngaak kenal lagi sama kita deh,… dijamin”,….”dan yang penting jeng dijamin pasti enjoy dan kurang terus,…. Hehehe”,….
Suara mereka bersautan mempromosikan kegiatannya selama ini. Aku yang pusing belum memperoleh jatah suamiku tiba-tiba timbul pikiran burukku untuk mencobanya.
” Tapi,… Gimana ya,….. ” tanyaku bingung dan ragu.
” Alaaaaaahhhh nggak usah bingung jeng nanti kita antar dan kita service untuk anggota baru kita,… gimana ibu-ibu kalo saat ini kita tetapkan aja bahwa anggota baru kita yang memperoleh jatah arisan kunci saat ini dan langsung kita antar,…. Setuju”.
” Setuju deh biar tambah saudara,…. Nah sekarang kita senam dulu yok,…”.ajaknya sambil memberikan kunci padaku dan aku menerima kunci tersebut tetapi tidak tahu untuk apa kunci itu. Senam kali ini aku benar-benar tidak konsentrasi dan bingung apa yang harus aku lakukan, hampir semua gerakanku tidak ada yang benar.
Senam telah berakhir dan ibu-ibu mengajak menuju tempat yang telah disediakan, sebuah rumah yang cukup bagus dengan halam luas dibelakang terdapat kolam renang, aku membuka dengan kunci yang telah disediakan, dan kulihat ada 3 kamar yang tertutup setelah omong-omong sejenak, beberapa ibu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri tak lama kemudian mereka ada yang minta diri untuk pulang.
” Begini jeng Dini itu kuncinya ada lima kan ?… salah satunya kunci diruangan yang tertutup ini nah nanti kalo jeng Dini sudah siap buka aja kamarnya dan,…. Lihat sendiri deh ada apa disana dan enjoy saja rimah ini aman kog, ini punya jeng Nanik dan memang khusus untuk kegiatan Arisan ini, kebutuhan makan dan minum ada di kulkas,… dan silahkan saja dinikmati sampai jeng Dini suka kalo pulang ya langsung aja pulang, kuncinya jangan dibawa lho jeng,… liriknya menggoda”.
Aku termanggu mendengarkan ocehan jeng Rita sementara temanya hanya tersenyum dambil memainkan matanya. Aku semakin bingung bagaimana nantinya.
Tak lama kemudian mereka berdua mohon pamit pulang terlebih dahulu dan aku tinggal sendirian. Aku bingung melangkah antara iya dan tidak, aku juga teringat kisah kayalanku dengan Dion,…… aku tercenung.,…..ingin mencobanya, kulangkahkan kaki dengan berdebar Klik,.. !!!! pintu pertama kubuka tapi kulihat sekeliling tidak ada seorangpun, pintu kedua kubuka dan,…. Darahku berdesir hebat kuluhat seorang lelaki tegap dan cukup ganteng dengan kulit bersih memakai T shirt hitam dan celana pendek biru tua dia tersenyum, aku membalas kecut dan kuurungkan langkah kakiku masuk kamar tersebut, aku kembali duduk diruang tamu. Kunyalakan televisi untuk menepis kegugupanku kuganti channel per channel tapi tak ada yang menarik tiba-tiba,….
” Hai ,.. Aku Bandi,.. Kenapa kog tidak ngobrol didalam saja tadi kan udah buka pintu tak tunggu lho,…..” pintanya sambil mengulurkan tangan perkenalan.
” Eh,.. e….Aku Dini,,.. Eh… Ah nggak kog Aku cuman pengin tahu aja”, jawabku gugup dan tanganku mulai berkeringat dingin.
Kuperhatikan wajahnya ada bulu halus didagu masih baru dicukur dan dadanya cukup bidang dengan tinggi badan berkisar 175 Cm, otot-ototnya menonjol kuat. Bandi dengan santai duduk disebelahku sambil ikut mengawasi televisi yang remotenya masih ditanganku, dia tahu kalo aku gugup diambilkannya aku minum susu hangat dan dia menuju ke televisi diputarnya Film laser disk. Aku diam saja dan dia mulai membuka pembicaraan basa-basi untuk melemaskan suasana.
Aku kaget dua kali karena begitu aku menoleh ke televisi, kulihat film porno yang diputar, disana terlihat orang kulit putih sedang asyik menghisap kemaluan orang kulit hitam yang tegang dan panjang, aku risih dan malu tapi badanku mulai hangat terutama ada rasa geli disekitar pahaku, Bandi kelihatan mulai lebih mendekatiku aku tak menghiraukan mataku tetap kearah televisi, tanpa kusadari aku mulai ikut hanyut dan kurasakan ada benda asing yang menempel didadaku, kulirik ternyata tangan Bandi kutoleh dia hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatnnya. Aku diam merasakan dan dia semakin berani, diselusuri leherku dengan bibirnya,… turun kebahuku,… ditariknya pelan kaosku sampai kelihatan tali Bh. ku aku tak tahan, disofa aku direbahkan perlahan, dia tambah semangat, tanpa bicara dia mulai mengupas kulitku perlahan, tak pernah kurasakan hal ini sebelumnya, aku seolah melayang kegelian. Bandi membuka sendiri kaosnya dan kulihat dada bidang itu ditumbuhi bulu halus. Dia bekerja sendiri ditariknya kaosku sampai beberapa kancing terlepas dan diangkat keatas hingga sekarang hanya tinggal Bh da rokku saja, tanganya kurasakan menempel lagi pada susuku dipelintirnya ujung susuku dan kurasakan mengeras,dia mulai menindihku, aku terpejam kurasakan bulu-bulu halus mulai menyentuh dadaku,…Ditariknya lepas Bhku sehingga susuku yang besar seolah melompat keluar dadaku bandi terkejut melihat besarnya susuku dengan warna kuning langsat dengan bulatan kecil coklat tua kemerahan serta putting kecil menantang mulutnyapun menuju putingku,… kurasakan lidahnya lincah membuat nafsuku memuncak, putingku semakin mengeras sesekali kurasakan gigitan kecil giginya menggores putingku. Diatas perut kurasakan ada benda yang membonggol mendesak hebat. Bibirku terasa habis dilumat bibirnya, sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai berkeringat dan,….. Tangan kanannya mulai menuju kearah vagina, diselipkan diantara pahaku, aku gak kuat kupeluk dia dan dia semakin berani ditariknya rokku sampai terlepas, ditarik perlahan celana dalamku sambil tersenyum dan dengan sigap direnggangkannya kakiku sehingga dia dengan leluasa Bandi melihat memekku yang padat dengan bulu hitam keriting, tangannya mengocek memekku yang sudah basah. Dimasukkannya jari tengah sedangkan ibu jari dan jempolnya membuka jalan dengan meminggirkan rambut kemaluanku. Klentitku kaku,……… dijilat dan disedotnya susuku sampai aku kegelian dan,….. kini kurasakan mulutnya sudah diatas memekku. Aku semakin geli lidahnya menyapu bersih ruang dalam memekku yang basah sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan ,…..
” Eeeeeeeh.,,,,, Bandi,…… aduuuuuh,… ” aku mengerang kegelian, tapi dia tidak perduli diteruskannya mempermainkan klentitku.
Aku sudah tak tahan, dengan berjongkok kududkkan bandi dan aku kaget melihat benda menggelantung tegak menghadap keatas (bukan tegak lurus seperti punya suamiku kayaknya) disela selangkangannya. Dia hanya tersenyum memegang leher penis dan digerak-gerakkan dengan tangannya, kudekati dan kupegang,…. Alamak,….. tanganku tak cukup melingkar pada penisnya dan panjangnya 2 cm dibawah pusarnya. Aku geli dan taku melihatnya Hitam,… mendongak seperti pisang ambon besarnya, Kutaksir panjangnya sekitar 19 Cm, sedangkan yang pernah kurasakan hanya 16 CM.
” Kenapa kog dilihatin seperti itu”,.. tanyanya
” Eh ,… aku heran kog kayak gini ya,…cukup nggak ya ini lewat punyaku nanti”. Jawabku sambil tetap memegangnya.
Belum selesai aku melanjutkan omonganku disorongkakn ujung penisnya kemulutku, dan,… ehm,….mulutku tak muat menampung semua penisnya kedalam,… kurasakan nikmat juga, selama ini aku tak pernah seperti ini,… Sedotanku keluar masuk penisnya menyembul tenggelem dalam mulutku tangannya juga tidak diam menggapai semua bagian tubuhku yang sensitif, aku semakin terangsang. Tak lupa pula Bola penis dua buah menjadi sasaran lidahku, kurasakan ada cairan bening sedikit cukup manis dan terus kuhisap sampai mulutku tak mampu lagi menahan besarneragakan posisi sanggama bermacam-macam dengan mani membasahi mulut wanita.,(….. Tiba-tiba terlintas dipikiranku bahwa Aku akan berbuat seperti yang di Laser Disk itu ,….. ingin merasakan air mani Bandi yang segar nanti,… akan kuhabiskan)
” Din coba kamu ngadep belakang dan pegangi ujung sofa itu”. Perintahnya.
Aku tidak menolah kulakukan perintahnya tiba-tiba kurasakan penis bandi dipukul-pukulkan pada pantatku aku kegelian. Diserudukkan penisnya ke memekku dari belakang sulit sekali,.. dia coba lagi dan gagal. ” Aaaaaaah,… seret sekali ya kayak perawan” omongnya,… Aku semakin tersanjung karena anakku sudah 2 tapi memekku dibilang seret kayak perawan. Aku berbalik ku bantu bandi dengan mengelomohi penisnya dengan ludahku tapi masih juga tidak berhasil menembus memekku. Kulihat Bandi tidak kehilangan akal diambilnya hand bodi dan dioleskan pada penisnya yang besar dan,… perlahan masuk pada vaginaku yang kecil, kurasakan agak pedih.
” Bandi,.. udah ah,… nggak bisa masuk lho,…terlalu besar sih”,. pintaku.
” Sebentar ,… tahan dulu ya,…ini udah nyampai sepertiga lho”. Jawabnya sambil didesaknya vaginaku dengan penis dan,… sreeet,… sret,… sreeeeetttttt. “aaaaaUUUUUU”,… aku menjerit kurasakan penis Bandi terasa tembus ke kerongkonganku, digerak gerakan pantatnya aku kegielian,… akhirnya banjir juga vaginaku dan kurasakan kenikmatan saat penis bandi maju mundur diruang vaginaku. Sesekali pantatku ditepuknya untuk menambah semangatku menggenjot penisnya, susuku dibiarkan bergelantungan berbegrak bebas sementara tangan bandi sibuk memegang pinggulku memaju mundurkan pantatku. Saat penis masuk badanku terasa tertusuk geli tak karuan. Sesekali juga Bandi menciumi punggungku sambil penisnya terus bergerak keluar masuk memekku. Aku juga berusaha dengan menggerakkan pantatku kiri kanan dan penis Bandi seakan terjepit diapun mengerang kuat. Dipegangnya susuku kuat-kuat dan ditarik masukkan penis besar tersebut berulang sampai aku kelelahan.
” Aaaahhhhhh,…..Dini,… aku mau keluar nih,……”. Erangnya.
” Sebentar ya,……” Kuatrik penis Bandi dan tak kusia-siakan, kumasukkan lagi dalam mulutku sambil kugerakkan maju mundur tanganku, dan dia semakin kegelian, tak lama kemudian,…. Sreeet,.. Sreeet,… Sreeettt,.. kurasakan mulutku penuh dengan tumpahan air manu bandi, segar rasanya,… kubersihkan penis bandi dengan mulut dan lidahku dari air maninya,…..dipegangnya kepalaku seakan dia tak mau aku membuang maninya keluar. Dan,… Bandi tergeletak kelelahan dengan keringat yang luar biasa.
Kubersihkan diriku dan kulihat Bandi masih istirahat dengan telanjang. Kuciumi tubuh Bandi (kini aku tidak malu lagi) perlahan dia tersenyum dan kulihat penisnya mengecil lemas,… kupegang,… remas perlahan dan aku masih kurang nampaknya,.. mulutku dengan sigap melahap penis bandi yang lemas itu, dalam kondisi lemas, masuk semua bagian penis kemulutku, terus kupermainkan seperti dalam LD yang diputar Bandi tadi. Tak lama kemudian mulutku sudah tak muat menampung penis bandi untuk kukulum,… akhirnya kurelakan sebagian batang penis bandi keluar dari mulutku. Bandipun mulai bangun dan aggresif,… diusapnya vaginaku yang sudah kucuci dan mulai basah oleh tangannya. Bandi berbalik menciumi vaginaku sementara aku menciumi penisnya yang tambah mengeras (posis 69),… bandi tambah menggila dimasukkan semua bagian lidahnya ke vaginaku aku menjerit kegelian.
Bandi memindah posisi ditaruh tubuhnya diatas karpet dan diangkatnya tubuhku menindihnya,… penis Bandi ditutuntun menuju lubang kemaluanku dan,.. tanpa ampun lagi kemaluanku diucek-ucek oleh penisnya,….Kurasakan penis bandi tidak masuk semuanya atau memang vaginanku yang dangkal aku tak tahu, yang ada dalam benakku sekarang hanya nafsu dan nafsu saja,…. . Kugerakkan naik turun pantatku menduduku pahanya sementara vaginaku sibuk melahap penis bandi yang kekar dan angkuh itu. Tangan bandi sesekali mengucek susuku tak kuhiraupan karena nikmatnya tak seberapa dibanding dengan penisnya yang mengisi penuh vaginaku. Kurebahkan tubuhku karena payah sambil kulumat bibir bandi yang terus mengerang itu,… dan terus kugoyang pantat sesuai irama nafsuku,… bandipun demikian. Aku mulai merasakan vaginaku semakin longgar karena becek basah dan geliku memuncak,… Kugigit dada bandi kuat-kuat untuk menahan kepuasan dan bersamaan dengan itu pula kudengar erangan bandi yang menyatakan bahwa air maninya akan tumpah,… Kupercepat menggoyang pantat karena aku tak mau menyia-nyiakan keadaan ini aku ingin kepuasan maksimal,……
Dan,…….. Aaaaaaaahhhhhhhhh,…… Sreeeeet,…. Sreeetttt,… sreet,….. Kurasakan ada aliran hangat menyemprot vaginaku dan terasa penuh,…. Bandi masih mengerang hebat aku gigit dadnya sekali lagi sambil kucakar punggungnya untuk menahan kenikmatan yang tiada taranya ini. Kuangkat pantatku pelan-pelan dan masih kulihat sisa-sisa ketegangan dipenis bandi. Kuraih penis itu dan kubersihkan kembali dengan mulut mungilku yang serakah tiada habisnya melihat penis tegang besar dan keras itu.
Bandipun tersenyum puas layaknya aku, ciuman mesranya mendarat dujung bibirku, dan diapun tak mau ketinggalan mengusap vaginaku dengan lidahnya,… akupun geli. Tak terasa hari sudah siang.
Tak lama kemudian aku pamit dan aku menjadi keterusan mengikuti acara ibu-ibu itu dengan berganti-ganti pasangan yang hebat. Sedangkan hubunganku dengan suami tetap tidak terganggu karena suamiku tidak pernah minta yang aneh-aneh,… jadi asal aku terlentang dia masuk,… kocek - kocek sebentar selesai. Untuk kepuasan lainnya aku dapatkan dari yang lain.


Selengkapnya...

Ngentot Sahabat Istriku

Kejadiannya ketika aku sdh berkeluarga dan sudah memiliki 1 anak umur ±2 thn, usiaku kala itu 30 thn. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan di kota S yg masih sangat baru. Belum banyak penghuni yg menempatinya, malahan di gang rumahku (yg terdiri dari 12 rumah) baru 2 rumah yg ditempati, yaitu rumahku dan rumah Pras. Pras juga sudah beristri, namanya Alina, tapi biasa dipanggil Lina. Mereka belum punya anak sekalipun sudah menikah lebih dari 2 thn. Rumah Pras hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga yang lain, kami jadi cepat sekali akrab.

Aku dan Pras jadi seperti sahabat lama, kebetulan kami seumuran dan hobi kami sama, catur. Lina, yang berumur 26 thn, juga sangat dekat dgn istriku, Winda. Mereka hampir tiap hari saling curhat tentang apa saja, dan soal seks juga sering mereka perbincangkan. Biasa mereka berbincang di teras depan rumahku kalau sore sambil Winda menyuapi Aria, anak kami. Mereka sama sekali tidak tahu kalau aku sering “menguping” rumpian mereka dari kamarku.

Aku jadi banyak tahu tentang kehidupan seks Lina dan suaminya. Intinya Lina kurang “happy” soal urusan ranjang ini dgn Pras. Bukannya Pras ada kelainan, tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu, sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah ejakulasi ya sudah, dia tidak peduli dgn istrinya lagi. Sehingga Lina sangat jarang mencapai kepuasan dgn Pras. Sebaliknya istriku cerita ke Lina kalau dia sangat “happy” dgn kehidupan seksnya. Dan memang, sekalipun aku bukan termasuk “pejantan tangguh”, tapi aku hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istriku. Mereka saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah. Sering Lina secara terbuka menyatakan iri pada istriku dan hanya ditanggapi dgn tawa ter-kekeh² oleh Winda.

Wajah Lina cukup cantik, sekalipun tidak secantik istriku memang, tapi bodinya sungguh sempurna, padat berisi. Kulitnya yang putih juga sangat mulus. Dan dalam berpakaian Lina termasuk wanita yang “berani” sekalipun masih dalam batas² kesopanan. Sering aku secara tak sadar menelan ludah mengaggumi tubuh Lina, diluar tahu istriku tentu saja. Sayang sekali tubuh yang demikian menggiurkan jarang mendapat siraman kepuasan seksual, sering aku berpikiran kotor begitu. Tapi semuanya masih bisa aku tangkal dgn akal sehatku.

Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Winda, dan Aria tentu saja, paginya pulang ke rumah orangtuanya di M, karena hari Minggunya adik bungsunya menikah. Rencananya Sabtu pagi akan akan menyusul ke M. Kesepian di rumah sendirian, setelah mandi aku melangkahkan kaki ke rumah Pras. Maksud hati ingin mengajak dia main catur, seperti yang sering kami lakukan kalau tidak ada kegiatan.

Rumah Pras sepi² saja. Aku hampir mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu, karena aku pikir mereka sedang pergi. Tapi lamat² aku dengar ada suara TV. Aku ketuk pintu sambil memanggil “Pras .. Pras,” Beberapa saat kemudian terdengar suara gerendel dan pintu terbuka.

Aku sempat termangu sepersekian detik. Di depanku berdiri sesosok perempuan cantik tanpa make-up dgn rambut yang masih basah tergerai sebahu. Dia mengenakan daster batik mini warna hijau tua dgn belahan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus.

“Eh .. Mas Benny. Masuk Mas,” sapaan ramah Lina menyadarkan aku bahwa yang membukakan pintu adalah Lina. Sungguh aku belum pernah melihat Lina secantik ini. Biasanya rambutnya selalu diikat dengan ikat rambut, tak pernah dibiarkan tergerai seperti ini.

“Nnng … Pras mana Lin?”
“Wah Mas Pras luar kota Mas.”
“Tumben Lin dia tugas luar kota. Kapan pulang?”
“Iya Mas, kebetulan ada acara promosi di Y, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang. Mas Benny ada perlu ama Mas Pras?”
“Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Winda ama Aria ke M.”
“Wah kalo cuman main catur ama Lina aja Mas.”

Sebetulnya aku sudah ingin menolak dan balik kanan pulang ke rumah. Tapi entah bisikan darimana yang membuat aku berani mengatakan: “Emang Lina bisa catur?”

“Eit jangan menghina Mas, biar Lina cewek belum tentu kalah lho ama Mas.” kata Lina sambil tersenyum yang menambah manis wajahnya.

“Ya bolehlah, aku pengin menjajal Lina,” kataku dgn nada agak nakal.

Lagi² Lina tersenyum menjawab godaanku. Dia membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan aku duduk di kursi tamu.

“Sebentar ya Mas, Lina ambil minuman. Mas susun dulu caturnya.”

Lina melenggang ke ruang tengah. Aku semakin leluasa memperhatikannya dari belakang. Kain daster yang longgar itu ternyata tak mampu memnyembunyikan lekuk tubuh Lina yang begitu padat. Goyangan kedua puncak pantatnya yg berisi tampak jelas ketika Lina melangkah. Mataku terus melekat sampai Lina menghilang di pintu dapur. Buru² aku ambil catur dari rak pajangan dan aku susun di atas meja tamu.

Pas ketika aku selesai menyusun biji catur, Lina melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemaran aku dan Pras kalau lagi main catur. Ketika Lina membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau belahan dada dasterya terbuka dan menyingkap dua bukit payudara yang putih dan sangat padat. Darahku berdesir kencang, ternyata Lina tidak memakai bra! Tampaknya Lina tak sadar kalau sudah “mentraktir” aku dgn pemandangan yang menggiurkan itu. Dgn wajar di duduk di kursi sofa di seberang meja.

“Siapa jalan duluan Mas?”
“Lina kan putih, ya jalan duluan dong,” kataku sambil masih ber-debar².

Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Ternyata memang benar, Lina cukup menguasai permaian ini. Beberapa kali langkah Lina membuat aku harus berpikir keras. Lina pun tampakya kerepotan dgn langkah²ku. Beberapa kali dia tampak memutar otak. Tanpa sadar kadang² dia membungkuk di atas meja yg rendah itu dgn kedua tangannya bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasternya terbuka lebar dan kedua payudaranya yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua mataku. Konsentrasiku mulai buyar.

Satu dua kali dalam posisi seperti itu Lina mengerling kepadaku dan memergoki aku sedang menikmati buah dadanya. Entah memang dia begitu tenggelam dalam berpikir atau memang sengaja, dia sama sekali tidak mencoba menutup dasternya dgn tangannya, seperti layaknya reaksi seorang wanita dalam kondisi ini. Aku semakin berani menjelajah sekitar wilayah dadanya dengan sapuan pandanganku. Aku betul² terpesona, sehingga permaian caturku jadi kacau dan dgn mudah ditaklukkan oleh Lina.

“Cckk cckk cckk Lina memang hebat, aku ngaku kalah deh.”
“Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas,” jawab Lina sambil tersenyum menggoda. “Ayo main lagi, Lina belum puas nih.” Ada sedikit nada genit di suara Lina.

Kami main lagi, tapi kali ini aku mencoba lebih konsentrasi. Permainan berjalan lbh seru, sehingga suatu saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yg sudah “mati” ke lantai. Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tsb dari lantai dgn tangan kananku. Rupa²nya Lina juga melakukan hal yg sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai.

Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing². Aku melihat ke arah Lina, dia masih dalam posisi duduk membungkuk tapi matanya terpejam. Jari² tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku. Aku menjulurkan kepalaku dan mencium dahi Lina dgn sangat mesra.

Dia sedikit terperanjat dengan “langkah”ku ini, tapi hanya sepersekian detik saja. Matanya masih memejam dan bibirnya yg padat sedikit terbuka dan melenguh pelan,

“oooohhh …”

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum lembut bibir Lina dengan bibirku, dia menyambutnya dgn mengulum balik bibirku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku.

Kami saling berciuman dgn posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja. Kulumam bibir Lina ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dgn permainan lidahku.

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dgn sangat terpaksa aku lepaskan ciuman Lina. Aku bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri Lina. Belum sedetik aku duduk Lina sudah memeluk aku dan bibirnya yg kelihatan jadi lebih sensual kembali melumat kedua bibirku. Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yg bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini “hot”, bahkan dgn istriku sekalipun. Rasanya seumur hidup kami berciuman begini, sampai akhirnya Lina agak mengendorkan “serangan”nya.

Kesempatan itu aku gunakan untuk mengubah arah seranganku. Aku ciumi sisi kiri leher Lina yang putih jenjang merangsang itu. Rintih kegelian yg keluar dari mulut Lina dan bau sabun yg harum semakin memompa semangatku. Ciumanku aku geser ke belakang telinga Lina, sambil sesekali menggigit lembut cuping telinganya. Lina semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.

“Aaaahhhh … aaaahhhhh,” rintihan pelan yang keluar dari mulut Lina yang terbuka lebar seakan musik nan merdu di telingaku.

Lengan kananku kemudian aku rangkulkan ke lehar Lina. Tangan kananku mulai menelusup di balik dasternya dan merayap pelan menuju puncak buah dada Lina yg sebelah kanan. Wow … payudara Lina, yang sedari tadi aku nikmati dgn sapuan mataku, ternyata sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tanganku tak mampu mengangkup seluruhnya. Jari²ku mulai menari di sekitar puting susu Lina yang sudah tegak menantang.

Dengan ibu jari dan telunjukku aku pelintir lembut puting yang mungil itu. Lina kembali menggelinjang kegelian, namun tanpa reaksi penolakan sedikitpun. Dia menolehkan wajahnya ke kiri, dgn mata yang masih terpejam dia melumat bibirku. Kami kembali berciuman dgn panasnya sambil tanganku terus bergerilya di payudara kanannya. Reaksi kenikmatan Lina dia salurkan melalui ciuman yg semakin ganas dan sesekali gigitan lembut di bibirku.

Tangan kiriku aku gerakkan ke paha kiri Lina. Darahku semakin mengalir deras ketika aku rasakan kelembutan kulit paha mulus Lina. Lambat namun pasti, usapan tanganku aku arahkan semakin keatas mendekati pangkal pahanya. Ketika jariku mulai menyentuh celana dalam Lina di sekitar bukit kemaluannya, aku menghentikan gerakanku. Tangan kiriku aku kembali turunkan, aku usap lembut pahanya mulai dari atas lutut. Gerakan ini aku ulang beberapa kali sambil tangan kananku masih memelintir puting kanan Lina dan mulut kami masih saling berpagutan.

Ciuman Lina semakin mengganas pertanda dia mengharapkan lebih dari gerakan tangan kiriku. Aku pun mulai meraba bukit kemaluannya yang masih terbalut celana dalam itu. Entah hanya perasaanku atau memang demikian, aku rasakan denyut lembut dari alat kemaluan Lina. Dengan jari tengah tangan kiriku, aku tekan pelan tepat di tengah bukit nan empuk itu. Denyutan itu semakin terasa. Aku juga rasakan kehangatan disana.

“Aaahh … Mas Ben … aahhh .. iya .. iya,”

Lina melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tangannnya menyingkap daster mininya serta menurunkan celana dalamnya sampai ke lututnya. Serta merta mataku bisa menatap leluasa kemaluan Lina. Bukitnya menyembul indah, bulu²nya cukup tebal sekalipun tidak panjang bergerombol hanya di bagian atas. Di antara kedua gundukan daging mulus itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan. Sedetik dua detik aku sempat terpana dengan pemandangan indah yg terhampar di depan mataku ini.

Kemudian jari² tangan kiriku mulai membelai semak² yg terasa sangat lembut itu. Betul² lembut bulu² Lina, aku tak pernah mambayangkan ada bulu pubis selembut ini, hampir selembut rambut bayi. Lina mereaksi belaianku dengan menciumi leher dan telinga kananku. Kedua tangannya semakin erat memeluk aku. Tangan kananku dari tadi tak berhenti me-remas² buah dada Lina yang sangat berisi itu.

Jari²ku mulai mengusap lembut bukit kemaluan Lina yang sangat halus itu. Perlahan aku sisipkan jari tengah kiriku di celah sempit itu. Aku rasakan sediit lembab dan agak berlendir. Aku menyusup lebih dalam lagi sampai aku menemukan klitoris Lina yg sangat mungil dengan ujung jariku. Dgn gerakan memutar lembut aku usap benda kecil yang nikmat itu.

“Ahhhh … iya … Mas .. Ben … ahhhh .. ahhhh.”

Jari tengahku aku tekan sedikit lebih kuat ke klitoris Lina, sambil aku gosokkan naik turun. Lina meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahanyan, namun gerakannya terhalang celana dalam yg masih bertengger di kedua lututnya. Sejenak aku hentikan gosokan jariku, aku gunakan tangan kiriku untuk menurunkan benda yang menghalangi gerakan Lina itu. Lina membantu dgn mengangkat kaki kirinya sehingga celana dalamnya terlepas dari kaki kirinya. Sekarang benda itu hanya menggantung di lutut kanan Lina dan gerankan Lina sudah tak terhalang lagi.

Dgn leluasa Lina membuka lebar kedua pahanya. Dari sudut pandang yang sangat sempit aku masih bisa mengintip bibir kemaluan Lina yang begitu tebal merangsang, hampir sama tebal dan sensualnya dgn bibir atas Lina yang masih menciumi leherku. Jariku sekarang leluasa menjelajah seluruh kemaluan Lina yang sudah sangat licin berlendir itu.

Aku gosok² klitoris Lina dgn lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung liang kenikmatannya dan aku gesek keatas kearah klitorisnya. Aku tahu ini bagian yang sangat sensitif dari tubuh wanita, tak terkecuali wanita molek yg di sampingku ini. Lina menggelinjang semakin hebat.

“Aaaaaahhhhh …. Mas .. Mas ….. ahhhhh .. terus … ahhhhh,” pintanya sambil merintih.

Intensitas gosokanku semakin aku tingkatkan. Aku mulai mengorek bagian luar lubang senggama Lina.

“Iya … ahhh … iya .. Mas .. Mas .. Mas Ben.”

Lina sudah lupa apa yang harus dia lakukan. Dia hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalanya terdongak kebelakang, matanya tertutup rapat. Mulutnya terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya tak lagi memelukku. Tangan kananku pun sudah berhenti bekerja karena merangkul erat Lina agar dia tidak melorot ke bawah. Daster Lina sudah terbuka sampai ke perutnya, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Celana dalam Lina masih menggantung di lutut kanannya. Pahanya menganngkang maksimal.

Jariku masih menari-nari di seluruh bagian luar kemaluan Lina, yang semakin aku pandang semakin indah itu. Aku sengaja belum nenyentuh bagian dalam lubang surganya. Kepala Lina sekarang meng-geleng² kiri kanan dgn liarnya. Rambut basahnya yang sudah mulai kering tergerai acak²an, malah menambah keayuan wajah Lina.

“Mas … Mas …. ahhhhh …. enak …. ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh.”

Aku tahu Lina sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahinya. Dengan lembut aku mulai tusukkan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yg sudah sangat basah itu. Aku sorongkan sampai seluruh jariku tertelan lubang Lina yang cukup sempit itu. Aku tarik perlahan sambil sedikit aku bengkokkan keatas sehingga ujung jariku menggesek lembut dinding atas vagina Lina.

Gerakan ini aku lakukan berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, begitu seterusnya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, Tiba² Tubuh Lina menjadi kaku, kedua tangannnya mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalanya semakin mendongak kebelakang. Mulutnya terbuka lebar. Gerakanku aku percepat dan aku tekan lebih dalam lagi.

“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh.”

Lina melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhnya sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari tanganku makin terjepit kontraksi otot vagina Lina, dan bersaman dgn itu aku rasakan kehangatan cairan yg menyiram jariku. Lina telah mencapai orgasmenya. Aku tidak menghentikan gerakan jariku, hanya sedikit mengurangi kecepatannya.

Tubuh Lina masih menggigil dan menegang. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yg keluar sepatahpun, hanya hembusan nafas kuat dan pendek² yg dia keluarkan lewat mulutnya. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Kemudian tubuh Lina berangsur melemas, aku pun memperlambat gerakan jariku sampai akhirnya dgn sangat perlahan aku cabut dari liang kenikmatan Lina.

Mata Lina masih terpejam rapat, bibirnya masih sedikit ternganga. Dgn lembut dan pelan aku dekatkan bibirku ke mulut Lina. Aku cium mesra bibirnya yang sangat sensual itu. Lina pun menyambut dgn tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yg saling jatuh cinta.

Agak berbeda dgn ciuman yg menggelora seperti sebelumnya.

“Nikmat Lin?” Dgn lembut aku berbisik di telinga Lina.
“Mas Ben … ah … Lina blm pernah merasakan kenikmatan seperti tadi .. sungguh Mas. Mas Ben sangat pinter … Makasih Mas … Winda sungguh beruntung punya suami Mas.”
“Aku yg beruntung Lin, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu.”
“Ah Mas Ben bisa aja … Lina jadi malu.”

Seluruh kejadian tadi sekalipun terasa sangat lama, tapi aku tahu sesungguhnay tak lebih dari 5 menit. Oh, ternyata Lina wanita yang cepat mencapai orgasme, asal tahu bagaimana caranya. Sungguh tolol dan egois Pras kalau sampai tidak bisa memuaskan istrinya ini. Aku berpikir dalam hati.

Lina kemudian sadar akan kondisinya saat itu. Dasternya awut²an, kemaluannya masih terbuka lebar, dan celana dalamnya tersangkut di lutunya. Dia segera duduk tegak, menurunkan dasternya sehingga menutup pangkal pahanya. Gerakan yang sia² sebetulnya karena aku sudah melihat segalanya. Akhirnya dia bangkit berdiri.

“Lina mau cuci dulu Mas.”
“Aku ikut dong Lin, ntar aku cuciin,” aku menggodanya.
“Ihhh Mas Ben genit.”

Sambil berkata demikian dia menggamit tanganku dan menarikku ka kamarnya. Aku tahu ada kamar mandi kecil disana, sama persis seperti rumahku. Sampai di kamar Lina aku berkata:

“Aku copot pakaianku dulu ya Lin, biar nggak basah.”

Lina tdk berkata apa² tetapi mendekati aku dan membantu melepas kancing celanaku semantara aku melepaskan kaosku. Aku lepaskan juga celanaku dan aku hanya memakai celana dalam saja. Lina melirik ke arah celana dalamku, atau lebih tepatnya ke arah benjolan berbentuk batang yg ada di balik celana dalamku. Aku maju selangkah dan mengangkat ujung bawah daster Lina sampai keatas dan Lina mengangkat kedua tangannya sehingga dasternya mudah terlepas.

Baru sekarang aku bisa melihat dgn jelas tubuh mulus Lina. Sungguh tubuh wanita yang sempurna, semuanya begitu indah dan proporsional, jauh melampaui khayalanku sebelumnya. Payudara yang dari tadi hanya aku intip dan raba sekarang terpampang dgn jelas di hadapanku. Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dgn ukuran tubuh Lina yg sexy itu. Putingnya sangat kecil bila dibanding ukuran bukit buah dadanya sendiri. Warna putingnya coklat agak tua, sungguh kontras dgn warna kulit Lina yg begitu putih. Perut Lina sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulnya sungguh indah dan pantatnya sangat sexy, padat dan sangat mulus. Pahanya sangat mulus dan padat, betisnya tidak terlampau besar dan pergelangan kakinya sangat kecil.

Rupa² Lina sadar kalau aku sedang mengagumi tubuhnya. Dgn agak malu² di berkata:

“Mas curang … Lina udah telanjang tapi Mas belum buka celana dalamnya.”

Tanpa menunggu reaksiku, Lina maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan celana dalamku. Aku membantunya dgn melangkah keluar dari celana ku. Tongkat kejantananku yg sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak seperti mainan badut keluar dari kotaknya. Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi.

Tak tahan aku hanya melihat tubuh molek Lina, aku maju langusng aku peluk erat tubuh Lina. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dgn kulit halus tubuh Lina tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.

“Kamu cantik dan seksi sekali Lin.”
“Ah Mas Ben ngeledek aja.”
“Bener kok Lin.”

Sambil berkata demikian aku rangkul Lina lalu aku bimbing masuk ke kamar mandi. Aku semprotkan sedikit air dgn shower ke kemauluan Lina yg masih berlendir itu. Kemudian tangan kananku aku lumuri dgn sabun, aku peluk Lina dari belakang dan aku sabuni seluruh kemaluan Lina dgn lembut. Rupanya Lina suka dgn apa yg aku lakukan, dia merapatkan punggungnya ke tubuhku sehingga penisku menempel rapat ke pantatnya. Dgn gerakan lambat dan teratur aku menggosok selangkangan Lina dgn sabun. Lina mengimbanginya dgn mengggerakkan pinggulnya seirama dgn gerakanku. Gesekan tubuhku dgn kulit halus mulus Lina seakan membawaku ke puncak surga dunia.

Akhirnya selesai juga aku membantu Lina mencuci selangkangannya dan mengeringkan diri dgn handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan. Aku raba seluruh permukaan tubuh mulus Lina, betul² halus dan sempurna. Lina pun beraksi mengelus batang kejantananku yang semakin menegang itu.

Aku ingin memberikan Lina kepuasan sebanyak mungkin malam ini. Aku ingin Lina merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dgn seorang pria. Dan aku merasa sangat beruntung bisa melakukan itu krn, dari cerita Lina ke Winda, aku tahu tak ada pria lain yg pernah menyentuhnya kecuali Pras, dan sekarang aku.

Tubuh telanjang Lina aku telentangkan, kemudian aku melorot mendekati kakinya. Aku mulai menciumi betisnya, perlahan keatas ke pahanya yang mulus. Aku nikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dgn sapuan bibir dan lidahku. Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya.

“Ahhhhh Mas Ben …. ah .. jangan .. nanti Lina nggak tahan lagi .. ah.”

Sekalipun mulutnya berkata “jangan” namun Lina justru membuka kedua pahanya semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutku itu.

“Nikmati saja Lin …. aku akan memberikan apa yg tdk pernah diberikan Pras padamu.”

Aku meneruskan jilatan dan ciumanku ke daerah selangkangan Lina yg sudah menganga lebar. Aku lihat jelas bibir vaginanya yg begitu tebal dan sensual. Perlahan aku katupkan kedua bibirku ke bibir bawah Lina. Sambil “berciuman” aku julurkan lidahku mengorek ujung liang senggama Lina yg merangsang dan wangi itu.

“Ahhhh …. Mas Ben … aaaaahhh .. please .. please.”

Begitu mudahnya kata² Lina berubah dari “jangan” menjadi “please”. Bibirku aku geser sedikit keatas sehingga menyentuh klitorisnya yg berwarna pink itu. Perlahan aku julurkan lidahku dan aku menjilatinya ber-kali². Sekarang Lina bereaksi tepat seperti yang aku duga. Dia membuka selangkangannya semakin lebar dan menekuk lututnya serta mengangkat pantatnya. Aku segera memegang pantatnya sambil me-remas²nya. Lidahku semakin leluasa menari di klitoris Lina.

“Aaaaaahhhhhh …. enak Mas …. enak …. ahhhh .. iya …. ahhhh ahhhhh.”

Hanya itu yang keluar dari mulut Lina menggambarkan apa yg sedang dia rasakan saat ini. Aku semakin meningkatkan kegiatan mulutku, aku katupkan kedua bibirku ke klitoris Lina yg begitu mungil, Aku sedot lambat² benda sebesar kacang hijau itu.

“Maaaaasss …. nggak tahaaaan … ahhhhh .. Maassss.”

Dari pengalamanku tadi memasturbasi Lina dgn jari aku tahu pertahanan Lina tinggal setipis kertas. Lalu aku rubah taktik ku. Aku lepaskan tangan kananku dari pantat Lina, kemudian jari tengahku kembali beraksi menggosok klitorisnya. Lidahku aku julurkan mengorek seluruh lubang kenikmatan Lina sejauh yg aku bisa. Sungguh luar biasa respon Lina. Tubuhnya menegang membuat pantat dan selangkangannya semakin terangkat, kedua tangannya mencengkeram kain sprei.

“AAAaaaaahhhhh … maaaaaaaaaaaaaassssssss.”

Bersamaan dgn erangan Lina aku rasakan ada cairan hangat dan agak asin yg keluar dari liang vaginanya dan langsung membasahi lidahku. Aku julurkan lidahku semakin dalam dan semakin banyak cairan yg bisa aku rasakan.

Tiba² Lina memberontak, segera menarik aku mendekatinya. Tangan kananku dia pegang dan sentuhkan ke kemaluannya. Sambil matanya masih terpejam, dia memeluk aku dan langsung mencium bibirku yang masih belepotan dgn lendir kenikmatannya. Aku tahu apa yg dia mau. Aku biarkan bibir dan lidahnya menari di mulutku menyapu semua sisa lendir yg ada disana. Jari tanganku aku benamkan kedalam vaginanya dan aku gerakkan masuk keluar dgn cepat. Tubuh Lina kembali menggigil dan vaginanya mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmenya.

Kami masih berciuman sampai tubuh Lina mulai melemas. perlahan aku angkat tangan kananku dari selangkangannya, aku peluk dia dgn lembut. Bibirku perlahan aku lepaskan dari cengkeraman mulut Lina.

Tubuh Lina tergolek lemah seakan tanpa tulang. Matanya sedikit terbuka menatap mesra ke arahku. Bibirnya sedikit menyungging senyum penuh kepuasan.

“Mas …. itu tadi luar biasa Mas … Lina belum pernah digituin … Mas Ben hebat .. makasih Mas … Lina hutang banyak ama Mas Ben.”
“Lin aku juga sangat senang kok bisa membuat Lina puas seperti itu.”

Sambil aku kecup lembut keningnya. Mata Lina berbinar penuh rasa terima kasih. Aku merasakan kenikmatan bathin yg luar biasa saat itu. Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. Penisku masih tegang berdiri, tapi aku tidak hiraukan karena nanti pasti akan dapat giliran juga.

Lina bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku biarkan di membersihkan dirinya sendiri. Aku tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yg baru aku alami. Tak berapa lama Lina sudah kembali dan dia langsung berbaring di sampingku. Matanya menatap lekat ke penisku seakan dia baru sadar ada benda itu disana.

“Mas Ben pengin diapain?” Lina bertanya manja.
“Terserah kamu Lin, biasanya ama Pras gimana dong?” Aku coba memancing
“Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Lina jarang puas ama dia.”
“Oh … terus Lina penginnya gimana?”
“Ya kayak ama Mas Ben tadi, Lina puas banget. … Lina pengin cium punya Mas Ben boleh nggak?”
“Emang Lina belum pernah?”
“Belum Mas,” agak jengah dia menjawab, “Mas Pras nggak pernah mau.”
“Ya silahkan kalau Lina mau.”

Tanpa menunggu komando Lina segera merangkak mengarahkan kepalanya mendekati selangkanganku. Dia pegang batang penisku, dia mengamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung.

“Ayo Lin ,, aku ngak apa² kok. Kalau Lina suka, lakuin apa yg Lina mau.”

Dgn penuh keraguan Lina mendekatkan mulutnya ke kepala penisku. Pelan² dia buka bibirnya dan memasukkan helmku kedalam mulutnya. Hanya sampai sebatas leher kemudian dia sedot perlahan. Dia tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Tentu saja aku tidak bisa merasakan sensasi yg seharusnya. Rupanya dia benar² belum pernah melakukan oral ke penis lelaki.

Dgn lembut aku pegang tangan kiri Lina. Aku genggam jemarinya yg lentik dan aku tarik mendekat ke mulutku. Aku pegang telunjuknya kemudian aku masukkan ke dalam mulutku. Aku gerakkan masuk keluar dgn lambat sambil sesekali aku jilat dgn lidahku saat jari lentiknya masih dalam mulutku. Lina segera paham bahwa aku sedang memberi “bimbingan” bagaimana seharusnya yg dia lakukan. Tanpa ragu dia mempraktekkan apa yg aku lakukan dgn jarinya.

Batang penisku dimasukkan kedalam mulutnya, kemudian kepalanya di-angguk²kan sehingga senjataku tergesek keluar masuk mulutnya yg sensual itu. Sekalipun masih agak canggung tapi aku mulai bisa merasakan “pelayanan” yg diberikan Lina kepadaku. Semakin lama dia semakin tenang dan tdk kaku lagi. Kadang dia mainkan lidahnya di sekeliling kepala penisku dalam mulutnya. Wow .. dlm sekejap Lina sudah mulai ahli dalam oral sex.

Sepertinya Lina sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yg dia lakukan dgn mulut dan lidahnya. Dia mulai berani bereksperiman. Kadang dia keluarkan penisku dari mulutnya, menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali. Sesekali dia hanya menghisap kepalanya sambil mengocok batang kemaluanku. Aku mulai merasakan rangsangan dan ikut menikmati permainan mulut Lina.

“Gimana Lin rasanya?”
“Mas… Lina merasakan rangsangan yg luar biasa, Penisnya Mas enak .. Lina suka.”

Aku bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Lina langsung tahu harus bagaimana. Dia duduk bersimpuh di hadapanku dan kembali menghisap penisku. Kepalanya tetap digerakkan maju mundur. Dan sekarang dia menemukan cara baru. dia menjepit batang penisku diantara kedua bibirnya yg terkatup. Kemudian dia meng-angguk²kan kepalanya. Wow … sungguh Lina cepat belajar dalam hal beginian. Batang dan kepala penisku dia gesek degn bibir tebalnya yg terkatup. Aku membantu dia dengan menggerakkan pantatku maju mundur.

“Ohhh Lin …. mulutmu enak sekali … terus Lin.”
“Mas Ben suka? Winda sering ya giniin Mas Ben?”
“Iya Lin … tapi aku lebih suka kamu … bibirmu seksi sekali .. ooohhh Lin .. Winda juga suka .. isep bolaku dan jilati semuanya Lin .. ohhh.”

Lina rupanya nggak mau kalah, dia segera melepaskan batang penisku dari mulutnya dan mulai menjilati dan menghisap bola kembarku. Tangannya sambil mengocok batang kelakianku. Oh sungguh nikmat. Aku belai rambut Lina dan aku usap kepalanya. Lina suka sekali dan dia masih terus menggerayangi seluruh selangkanganku dgn lidahnya. Rasanya sungguh nikmat.

Kemudian kami berganti posisi. Aku kembali tidur telentang dan Lina aku minta merangkak diatasku dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69 dan ini adalah salah satu favoritku. Lina sekarang sudah cukup mahir dalam oral sex. Dia segera mengulum batang penisku, aku pun mulai menjilati baginanya. Dengan posisi ini liang kenikmatan Lina sangat terbuka dihadapanku dan aku lebih leluasa menikmati dgn bibir dan lidahku.

Aku jilat dan hisap klitoris Lina yg sudah menantang dan jariku mengorek liang senggamanya. Sesekali aku cuimi bibir vaginanya yang begitu merangsang. Lina pun tak mau kalah, dia melakukan segala cara yg dia tahu terhadap tongkat kejantananku. Dia mainkan pakai lidah, dia kocok sambil dia hisap, dia mainkan kepala penisku mengitari kedua bibirnya. Sungguh nikmat sekali.

Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa Lina sudah tdk bisa menahan lagi, Pantatnya mulai bergoyang limbung kegelian, namun aku menjilati terus klitorisnya sambil jariku me-nusuk² liang kenikmatannya. Akhirnya Lina sampai juga di puncak nikmatnya. Tubuhnya menegang, gerakan anggukan kepalanya sambil menghisap penisku semakin menggila. Tubuhnya gemetaran tapi dia tetap tak rela melepas penisku dari mulutnya. Aku semakin giat mencium klitorisnya dan mengorek vaginanya dgn jariku. Tubuh Lina tiba² mematung dan aku rasakan cairan hangat meleleh keluar dari liang senggamanya.

Aku langsung menutup lubang vagina Lina dgn mulutku dan membiarkan cairan kenikmatannya membasahi lidahku. Rasanya asin tapi sama sekali tidak amis sehingga aku tak ragu menelan cairan itu sampai tandas.

Kemudian perlahan aku mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan vagina Lina. Otot Lina sudah agak mengendur juga. Dia mulai lagi melakukan segala eksperimen dgn mulut dan lidahnya ke penisku. Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti, Lina mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahinya.

Aku tangkupkan kedua tanganku ke bukit pantat Lina dan mulai membelai dan meremas lembut. Lina menanggapinya dgn sedotan panjang di penisku. Lidahku kembali menelusuri segala penjuru selangkangan Lina. Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan tubuh Lina kembali gemetaran. Aku cium bibir bawahnya dan aku sorongkan lidahku sedalam munggkin ke dalam guanya yg merangsang.

Aku juga mulai merasa kalau pertahananku mulai goyah dan bendunganku akan segera ambrol. Lina mempercepat gerakan kepalanya dan akupun menghisap makin kuat vaginanya. Aku sudah tak kuat menahan amarah spermaku dan …

“Croooottsss crooots croots.”

Lahar hangatku menyembur didalam mulut Lina. Untuk sedetik Lina agak kaget tapi dia cepat tanggap. Dia segera mempercepat gerakan kepalanya sambil menelan seluruh air maniku.

“Croots .. croots.”

Sisa maniku kembali menyembur, dan kali ini Lina menyambutnya dgn hisapan kuat di penisku, seakan ingin menyedot apa yg masih tersisa didalam sana. Aku merasakan nikmat yg luar biasa. Ekspresi kenikmatan ini aku lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot vagina Lina. Rupanya Lina juga sudah hampir mancapai klimaksnya. Belaian lidahku di mulut vaginanya membuat puncak itu semakin cepat tercapai. Akhirnya sekali lagi tubuh Lina menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari kawahnya. Lidahku kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yg segera aku telan.

Beberapa saat kemudian, dgn enggan Lina bangkit dan berbaring telentang disampingku. Penisku, walaupun masih berdiri, tapi sudah tidak setegak tadi. Lina memelukku dgn manja dan kami berciuman dgn mesra.

“Lin … gimana? .. puas? … sorry tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu.”
“Lina puas sekali Mas .. sampai dua kali gitu lho …. Lina suka sperma Mas Ben … asin² gimana gitu. Kapan² boleh minta lagi dong Mas,” Lina mulai keluar kenesnya.
“Boleh aja Lin ,,, asal disisain buat Winda .. hehehe,”

Lina mencubit genit lenganku.

“Ihhh … Mas Ben … paling bisa deh … emang Mas sering gaya gituan dgn Winda?”

Aku tahu Winda juga sering bercerita soal kegiatan sex kami ke Lina jadi aku yakin Lina sudah tahu juga.

“Enggak lah … ini baru pertama dgn kamu Lin.”
“Ah Mas bohong .. Winda kan sering cerita ke Lina, katanya Mas Ben pinter ngeseks. Makanya diam² Lina pengin main ama Mas.”
“Udah kesampian kan keinginanmu Lin.”
“Iya sih … tapi Mas jangan marah ya … Lina sering bayangin kita main bertiga dgn Winda .. Mas mau nggak?”

Kaget juga kau mendengar keinginan Lina ini. Jujur saja aku juga sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dgn Winda dan Lina sekaligus. Tapi tentu saja aku tak pernah berani ngomong dgn Winda. Bisa pecah Perang Dunia III, lagi pula itu kan hanya fantasi liar saja.

“Mau sih Lin .. tapi kan nggak mungkin … Winda pasti marah besar.”
“Iya ya … Winda kan orangnya agak alim.”

Kami terus berbincang hal² demikian sampai kira² 10 menit. Kemudian dgn malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami. Aku jadi semakin mengagumi tubuh Lina. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhnya dan semuanya padat berisi.

Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra. Sambil saling berciuman aku mulai menggerayangi tubuh molek Lina, Tak bosan²nya aku meremas dan mengusap buah dadanya yg sangat segar itu. Perlahan aku mulai menghujani leher dan pundak Lina dgn ciumanku. Tak sampai disitu saja, mulutku mulai aku arahkan ke dada Lina.

Buah dadanya yg tegak mulai aku cium dan aku gigit² lembut. Lina sangat menyukai apa yg aku lakukan.

“Ahhhh … iya Mas …. disitu Mas … ahhhhh Lina terangsang Mas.”

Lidahku menjilati puting susunya yg mungil dan keras itu. Lina semakin menggelinjang. Tangannya menyusup ke bawah ke selangkanganku. Dipegangnya batang kemaluanku yg masih agak lemas. Dia permainkan penisku dgn jari²nya yg lentik. Mau tak mau burungku mulai hidup kembali. Lina dgn lembut mengocok tongkat kelakianku.

Sambil masih mengulum putingnya, tangan kananku kembali bergerilya di daerah kemaluan Lina. Jariku aku rapatkan dan aku tekan bukit kemaluan Lina sembari aku gerakkan memutar. Dia juga menimpali dgn menggoyangkan pantatnya dgn gerakan memutar yg seirama.

“Mas …. aaahhhh Mas …. enak Mas … ahhh terus … iya.”

Sambil mendesah dia menarik pantatku mendekat ke kepalanya. Akhirnya aku terpaksa melepaskan hisapanku di putingnya dan duduk berlutut di sisinya. Lina terus menekan pantatku sampai akhirnya mulutnya mencapai batang kemaluanku yg sudah tegak menantang. Tangan kiriku aku tampatkan dibelakang kepalanya untuk menyangga kepalanya yg agak terangkat. Penisku kembali dia kulum dan jilati.

“Oooh Lin … enak Lin … aku suka Lin …”

Aku pun menggerakkan pantatku maju mundur. Lina membuka lebar mulutnya dan menjulurkan lidahnya sehingga batang penisku meluncur masuk keluar mulutnya ter-gesek² lidahnya. Sungguh luar biasa apa yang aku rasakan saat itu.

Sementara itu tangan kananku terus menekan dan memutar bukit vagina Lina. Kadang jariku aku selipkan ke celah sempit diantara kedua bukit itu dan mengusap klitoris Lina.

“Ahhh Mas … Lina nggak tahan Mas … ahhhhh .. iya …. aaahhhh.”

Aku segera merubah posisi. Kedua tangan Lina aku letakkan di belakang lututnya dan membuka kedua lututnya. Aku angkat pahanya sehingga liang vaginanya menganga menghadap ke atas. Lina menahan dengan kedua tangan di belakang lututnya. Aku duduk bersimpuh di hadapan lubang kemaluan Lina. Penisku aku arahkan ke lubang yg sudah menganga itu.

Aku tusukan kepala penisku ke mulut lubang dan aku tahan disana. kemudian dgn tangan kananku aku gerakkan penisku memutari mulut liang senggama Lina.

“Maassss .. ahhhhh … nggak tahan … ayo … ahhhhhh.”

Aku sengaja tdk mau terlalu cepat menusukkan batang kejantananku ke gua kenikmatan Lina. Aku gesek²an kepala penisku ke klitoris Lina. Dia semakin menggelinjang menahan nikmat. Akhirnya tanggul Lina bobol juga. Tak heran, dengan gosokan jari saja dia tadi bisa mencapai orgasme apalagi ini dgn kepala penisku, tentu rangsangannya lebih dahsyat.

“Aaaaaaahhhhhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhhh Massssssss.”

Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari liang vaginanya. Lina kembali mengalami puncak orgasme hanya dgn gosokan di klitorisnya. Kali ini aku masukkan batang penisku seluruhnya kedalam gua kenikmatannya. Aku berbaring telungkup diatas tubuh molek Lina sambil menumpkan berat badanku di kedua sikuku. Aku cium lembut mulutnya yg masih terbuka sedikit. Lina membalas ciumanku dan mengulum bibirku.

Aku biarkan senjataku terbenam dalam lendir kehangatannya. Di telinganya aku bisikan:

“Lin … nikmat ya …”
“Oh Mas … Lina sampai nggak tahan … nikmat Mas ..”

Perlahan dgn gerakan yg sangat lembut aku mulai memompa batang penisku ke dalam lubang senggama Lina yg sudah basah kuyup. Aku tahu Lina pasti bisa orgasme lagi dan kali ini aku ingin merasakan semburan lumpur panas di batang kemaluanku.

“Ayo Lin …. nikmati lagi … jangan ditahan .. aku akan pelan².”
“Ahhhh .. iya Mas …. Lina pengin lagi .. ahhhhh.”

Masih dgn sangat pelan aku pompa terus tongkat kelakianku ke liang vagina Lina yg ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 thn. Buah dada Lina yg menyembul tegak meng-gesek² dadaku ketika aku turun naik. Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja aku gesekkan dadaku ke payudaranya.

“Aaaahhhhh … ahhhhhhh … iya … ahhhhh .. Lina terangsang lagi Mas … iya …. .”

Kali ini aku pompa sedikit lebih kuat dan cepat. Lina menanggapinya dgn memutar pantatnya sehingga penisku rasanya seperti di peras² dalam liang vaginanya. Gerakkan Lina semakin liar, Tangannya sudah tidak lagi menahan lutut tapi memegang pantatku dan menekannya dengan keras ke tubuhnya.

“Aaaaahhhhhh …. Mas ….. aaaahhhhhhh”

Aku semakin kencang dan dalam memompa pantatku. Mata Lina sudah terpejam rapat, kepalanya meng-geleng² liar ke kiri ke kanan seperti yang dia lakukan di sofa tadi. Gerakannya semakin ganas dan …

“Aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhhhhhhhh ………”

Dia melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhnya. Aku menekan dalam² penisku ke lubang senggamanya. Jelas aku rasakan aliran hangat di sekujur batang kemaluanku. Tubuh Lina maish terbujur kaku. Aku pun menghentikan seluruh gerakanku sambil terus menekan liang vaginanya dgn penisku. Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara, tidak ada gerakan dari kami berdua. Aku memberi kesempatan kepada Lina untuk menikmati klimaks yg barusan dia dapat.

Akhirnya badan Lina mulai mengendur. Tangannya membelai lembut kapalaku. Bibirnya mencari bibirku untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang.

“Mas …. Lina sungguh nikmat …. Mas Ben jago deh … Mas belum keluar ya?”
“Jangan pikirkan aku Lin …. yang penting Lina bisa menikmati kepuasan.”

Kemudian dgn lambat aku mulai memompa lagi. Liang senggama Lina terasa sangat licin dan agak sedikit longgar. Selama beberapa saat aku terus memompa lambat².

“Aaaahhhhhh … iya .. iya …. Mas …. Lina mau lagi .. iya … ahhhh”

Lina kembali memutar pantatnya mengiringi irama pompaanku. Dia mulai men-desah² penuh kenikmatan.Aku cabut batang kemaluanku dari vagina Lina. Aku lalu berbaring telentang di sebelahnya.

“Kamu diatas Lin.”

Lina segera berjongkok diatas selangkanganku, Aku arahkan kepala penisku ke lubangnya. Lina kemudian duduk diatas tubuhku dan bertumpu pada kedua lututnya. Pantatnya mulai bergerak maju mundur.

“Ayo Lin … kamu sekarang yg atur .. ohhh iya nikmat Lin.”

Lina semakin bersemangat memajumundurkan pantatnya. Kedua payudaranya berguncang indah dihadapanku. Secara reflek kedua tanganku meremas bukit daging yg mulus itu. Tangan Lina dia letakkan dibelakang pantatnya sehingga tubuhnya agak meliuk kebelakang membuat dadanya semakin membusung.

“Ohhh Lin … susumu sexy sekali … terus Lin … ohhhh … lebih keras Lin.”
“Aaaaahhhh Mas … Lina sudah mau sampai lagi … ahhhhh ahhhhhh Mas”
“Ayo Lin …. terus Lin … cepat …. ohhhhh iya .. iya Lin … memekmu enak sekali.”
“Mas .. ahhhh … Lina nggak tahan … puasi Lina lagi mas .. ahhhh.”

Gerakan pantat Lina semakin cepat dan semakin cepat. Aku merasa penisku ter-gesek² dinding vagina Lina yg sempit dan licin itu. Dengan sekuat tenaga aku mencoba menahan agar aku tidak ejakulasi. Pertahananku semakin rapuh.

“Lin … oooohhhh Lin …. aku nggak tahan … ohhh Lin …. enak … enak.”
“Ahhhh … ayo .. Mas ….. Lina juga udah nggak tahan … sekarang mas .. ahhh sekarang.”

Tepat pada detik itu bendunganku ambrol tak mampu menahan terjangan spermaku yg menyemprot kuat.

“Oooooooohhhhhhh Lin ….. crooots crooots croots”
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh Mas …. ahhhhhhhhhhh ..”

Kami mencapai puncak kenikmatan ber-sama². Penisku terasa hangat dan aku yakin Lina juga merasakan hal yg sama di dalam vaginanya. Lina masih duduk diatasku tapi sudah kaku tak bergerak. Vaginanya dihujamkan dalam melahap seluruh batang kemaluanku.

“Oooohhh Lin …. nikmat sekali .. makasih Lin .. kamu pinter membuat aku puas.”

Akugapai tubuh Lina dan aku tarik menelungkup diatas tubuhku. Buah dadanya yg masih keras menghimpit dadaku. Aku ciumin seluruh wajahnya yang mulai ditetesi keringat.

“Mas … ahhhhh … Lina sungguh puas Mas … ”

Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Badan kami mulai terasa penat tapi bathin kami sangat puas.

Hari sudah beranjak malam. Diselingi makan malam berdua, kami memadu kasih beberapa kali lagi. Atau lebih tepatnya Lina mengalami orgasme beberapa kali lagi sedangkan aku hanya sekali lagi ejakulasi, Segala gaya kami coba, bahkan aku sempat “membimbing” Lina untuk memuaskan dirinya sendiri dengan jari²nya yg lentik itu. Aku betul² puas dan senang bisa membuat wanita secantik Lina bisa mencapai sekian kali orgasme.

Tak terasa jarum jam terus bergeser dan jam setengah sebelas malam aku meninggalkan rumah Lina. Sebetulnya Lina meminta aku bisa bermalam menemani dia, tatapi aku ingat keesokan harinya aku masih harus menyetir lebih dari 4 jam ke kota M menyusul istri dan anakku tercinta. Maaf Winda, aku telah mereguk madu kepuasan bersama sahabatmu, Alina


Selengkapnya...